Makanya, dengan mengetahui apa saja hal yang dapat memancing trauma doi, kita bisa menyaring berbagai unggahan kita di media sosial dan memastikan doi enggak melihatnya.
Akui Perasaan Teman
Mengakui perasaan teman bukan hanya berlaku dengan kita yang menanyakan keadaan doi dan memperjelas kalau ia boleh merasa seperti saat ini.
Kita mungkin sudah memberitahunya kalau emosi dan perasaannya valid.
Tapi kita juga bisa memberikan ruang bagi teman kita untuk memperluas perspektif agar ia dapat menyadari berbagai perasaan yang melandanya serta mencari solusi begitu perasaan tersebut mereda.
Tentu saja hal ini enggak perlu diungkapkan secara langsung.
Tapi kalau kita mengenal teman kita dengan baik, kita akan dengan mudah memastikan hal ini terjadi.
Konsisten dan Dampingi
Mendampingi teman setelah mengalami trauma adalah hal yang baik dan mulia.
Tapi pastikan kita bisa konsisten melakukannya.
Yakinkan dia bahwa kita akan selalu ada untuk mendengarkannya dan, seandainya kita enggak tahu harus menjawab apa atau memberi tips seperti apa, pastikan ia tahu.
Yang terpenting adalah mengutamakan fakta bahwa teman kita membutuhkan seseorang yang mampu menemaninya melewati masa-masa yang sulit dan penuh tekanan.
Saat doi berhasil melalui traumanya, kita juga tentu akan merasa lebih lega.
Baca Juga: Fuji An Trauma Toxic Relationship, Penginnya Dapat Cowok yang Bucin
(*)
Source | : | Thought Catalog |
Penulis | : | Salsabila Putri Pertiwi |
Editor | : | Salsabila Putri Pertiwi |
KOMENTAR