CewekBanget.ID - Sejak pandemi COVID-19 terjadi, dunia enggak lagi sama.
Berbagai masalah yang terjadi di belahan bumi kini ditambah dengan persoalan virus corona yang telah merenggut nyawa banyak orang.
Rasanya tiada hari tanpa berita buruk yang tersebar di media sosial, baik itu tentang pandemi, perang, konflik, dan sebagainya.
Tapi apakah kita mendapati diri kita sendiri masih saja scrolling media sosial dan terus membaca seluruh berita buruk yang bikin kita merasa gundah, cemas, dan depresi itu?
Ini artinya kita memiliki kecenderungan doomscrolling nih, girls!
Doomscrolling
Apa itu doomscrolling?
Melansir dari The Healthy, doomscrolling adalah kecenderungan untuk mencari atau scrolling sambil melihat berbagai berita buruk.
Kecenderungan ini terus terjadi bahkan meski kita tahu bahwa berita tersebut bisa membuat sedih, berduka, sakit hati, hingga depresi.
Baca Juga: Terlalu Sering Baca Berita Negatif? Jadi Korban Doomscrolling Nih!
Istilah doomscrolling ini barangkali mulai sering digunakan sejak tahun 2020, ketika pandemi COVID-19 merebak dan menyebabkan seisi dunia harus beradaptasi dengan hidup di tengah ancaman virus sesegera mungkin.
Bukan hanya itu, tentunya berbagai masalah lain di dunia yang sudah lama terjadi enggak lantas hilang dan terlupakan gara-gara pandemi.
Di Indonesia saja, pada masa-masa awal pandemi, kita masih menghadapi hal-hal seperti bencana alam, unjuk rasa, kerusuhan, dan sebagainya.
Hal ini masih berlangsung sampai sekarang dengan adanya konflik antarnegara, krisis ekonomi, dan berbagai masalah lain saat pandemi masih mengancam.
Kalau kita sering menghabiskan waktu dengan scrolling media sosial dan membuat diri terpapar begitu banyak oleh berita-berita seperti itu tanpa berhenti, inilah yang dimaksud dengan doomscrolling.
Tapi kenapa ya, kita bisa sampai melakukan doomscrolling dan menelusuri berbagai berita buruk di sekitar kita?
Memahami Isu yang Terjadi
Salah satu alasan paling umum dan masuk akal adalah kita berusaha memahami isu yang sedang terjadi.
Faktanya, informasi mengenai suatu hal kerap terpecah, apa lagi di media sosial yang kebanyakan beritanya berupa flash news atau headline singkat.
Baca Juga: Bisa Fatal kalau Sudah Parah, Ini Tandanya Kita Kecanduan Medsos!
Ini mungkin membuat kita penasaran dan pengin lebih mendalami isu yang sedang menjadi perbincangan dan membuat banyak orang khawatir.
Kita juga barangkali merasa takut dan enggak berdaya di tengah ketidakpastian dan banjir kabar buruk, sehingga doomscrolling membuat kita merasa agak lebih nyaman karena paling enggak kita mengetahui apa yang sebetulnya sedang terjadi.
Meyakinkan Bahwa Kita Baik-Baik Saja
Dengan memberikan asupan berita buruk bagi diri sendiri, kita juga mungkin berusaha meyakinkan diri bahwa kita baik-baik saja.
Misalnya, ketika membaca berita tentang peperangan di negara lain, kita otomatis bersyukur bahwa kita dapat hidup lebih tenang di sini.
Kita mungkin menyayangkan hal yang terjadi di tempat lain sekaligus meyakinkan diri bahwa hal yang sama enggak akan terjadi pada diri kita.
Menyiapkan Diri
Beberapa orang cenderung mempersiapkan diri untuk kemungkinan terburuk dengan cara doomscrolling.
Mempersiapkan diri kerap membuat kita merasa lebih sanggup untuk menghadapi situasi enggak terduga dan mengancam, misalnya bagaimana kita telah mengatur tas berisi peralatan darurat dan dokumen penting untuk mengantisipasi bencana alam yang bisa terjadi kapan saja.
Selain itu, mengetahui bahwa kita telah menyiapkan diri sebelum orang lain bisa jadi membuat kita merasa lebih lega.
Merasa Melakukan Sesuatu
Saat mendengar berita buruk, biasanya muncul opini dan rasa simpati terhadap orang-orang dan lingkungan yang terdampak.
Meski demikian, kita enggak dapat memberikan bantuan sewaktu-waktu karena keterbatasan akses maupun rasa takut, dan ini membuat kita merasa enggak berdaya atau enggak berguna.
Nah, doomscrolling mungkin memberikan sensasi seakan-akan kita seenggaknya melakukan sesuatu terkait isu yang sedang terjadi.
Kita dilanda ilusi aksi tanpa merasa perlu bertanggungjawab atas rasa takut dan keluar dari zona nyaman kita untuk betul-betul melakukan sesuatu.
FOMO
Salah satu alasan doomscrolling paling umum adalah fear of missing out atau FOMO, alias ketakutan bahwa kita jadi orang paling enggak up-to-date.
Karena kita enggak mau ketinggalan informasi terbaru, kita jadi merelakan diri untuk terpapar berita-berita buruk dan mencekam.
Sisi negatifnya adalah kita enggak betul-betul peduli terhadap isu yang sedang terjadi; kita hanya mencari tahu tentang hal tersebut hanya karena pengin berbaur dengan orang lain yang memahaminya.
Selain itu, doomscrolling akibat FOMO dapat membuat kita rentan tertekan, cemas, hingga depresi karena kita enggak betul-betul siap dengan apa yang akan kita dapatkan dari hasil scrolling media sosial ini.
Baca Juga: Cara Membangun Personal Branding yang Kuat Lewat Media Sosial
(*)
Source | : | The Healthy |
Penulis | : | Salsabila Putri Pertiwi |
Editor | : | Salsabila Putri Pertiwi |
KOMENTAR