"Satu penemuan mengejutkan adalah bahwa tidak hanya aktivitas fisik yang kuat, tetapi sekadar berjalan kaki saja ternyata berkaitan dengan penurunan risiko sleep apnea," ungkapnya seperti dilansir Kompas.com dari Eurekalert.org.
Ditemukan bahwa menambah 20 menit durasi jalan kaki setiap hari, dan meningkatkan olahraga berat hingga delapan menit, cukup untuk menurunkan risiko tersebut menjadi lebih rendah.
Temuan ini enggak tergantung pada faktor risiko sleep apnea lainnya, seperti jenis kelamin, usia, etnis, dan obesitas.
Jangan Remehkan Sleep Apnea
Selama ini, sleep apnea masih kerap disepelekan.
Padahal, sleep apnea yang enggak diobati berkaitan dengan peningkatan risiko penyakit jantung, stroke, tekanan darah tinggi, dan kondisi serius lainnya.
Bahkan, menurut Palmer, angka anak-anak dan orang dewasa yang mengalami sleep apnea kini terus meningkat.
Oleh karena itu, memahami faktor pelindung yang dapat dimodifikasi menjadi hal yang penting, salah satunya olahraga yang juga bermanfaat untuk kesehatan secara keseluruhan.
Baca Juga: Mendengkur Bisa Jadi Gejala Penyakit Jantung? Begini Faktanya!
Studi berbasis populasi tersebut didasarkan analisa data kuesioner awal dari 155.448 penduduk dewasa di Ontario, Kanada, yang terdiri dari 60% cewek dan 40% cowok berusia rata-rata 46 tahun dan sekitar 75% berkulit putih.
Dari jumlah tersebut, kira-kira 6.9% responden mengaku diberitahu oleh dokter bahwa mereka menderita sleep apnea, dan diketahui lebih banyak duduk -rata-rata 4,4 jam lebih per minggu daripada mereka yang enggak memiliki sleep apnea.
Akibat penelitian yang bersifat cross-sectional, para ilmuwan enggak dapat membuat kesimpulan temporal pada hubungan yang diamati antara aktivitas fisik dan sleep apnea, namun mereka melaporkan bahwa penelitian sebelumnya juga telah menyarankan untuk memperbanyak aktivitas fisik demi mengurangi keparahan sleep apnea.
Dalam komentar terkait yang juga diterbitkan sebagai makalah di situs yang sama, Dr. Joyce Lee-Iannotti dan Dr. James Parish meemberi pandangannya.
Mereka menyebut, temuan penelitian ini memberikan opsi lain kepada dokter tidur untuk mengobati sleep apnea ringan hingga sedang, yang mungkin lebih menarik untuk diterapkan bagi para pasien.
(*)
Source | : | WebMD |
Penulis | : | Salsabila Putri Pertiwi |
Editor | : | Salsabila Putri Pertiwi |
KOMENTAR