Yang jelas, kita perlu menerima fakta bahwa bipolar bukan sekadar fase yang bakal berlalu setelah beberapa saat, tapi ini juga bukan alasan bagi kita untuk menyerah.
Selain itu, penting juga untuk ingat kalau bipolar atau kondisi kesehatan apa pun yang kita alami bukanlah definisi atas diri kita sendiri, jadi kita tetaplah diri kita terlepas dari kondisi kita yang mengalami bipolar atau enggak.
Diagnosis mungkin terasa mengubah hidup kita, tapi sebetulnya hal itu lebih berupa momen ketika segala ketakutan dan perasaan kalut yang melanda kita kini punya nama.
Jadi, perjuangan kita untuk melawan hal tersebut masih terus berlanjut dengan bantuan ahli serta obat-obatan dan terapi jika dibutuhkan.
Stereotip: Penderita Bipolar yang Terbuka Soal Kondisi Mentalnya Itu Caper
Jangan pernah berpikir kalau keinginan untuk membicarakan masalah kesehatan mental yang kita alami hanya upaya cari perhatian alias caper, ya!
Prasangka seperti ini memang seringkali bikin orang-orang memendam kesulitan yang dihadapi sekaligus membuat mereka merasa enggak divalidasi.
Baca Juga: Dialami Marshanda, Apa Sih Manic Episode dalam Bipolar Disorder?
Sebetulnya, lebih terbuka tentang kondisi mental kita justru bagus karena kita akan lebih terbantu untuk mencari pertolongan ahli, berkonsultasi, dan mengenali perasaan kita sendiri.
Jadi kalau ada yang menganggap kita caper doang karena berbagi soal kondisi mental kita, jangan sampai mengubah persepsi kita terhadap diri sendiri. Apa yang kita alami ini valid ya, girls.
Stereotip: Bipolar Cuma Mood Swing
Masih banyak orang yang menganggap remeh gangguan bipolar dengan mengatakan kalau kondisi ini cuma bagian dari mood swing alias perubahan mood.
Source | : | Thought Catalog |
Penulis | : | Salsabila Putri Pertiwi |
Editor | : | Salsabila Putri Pertiwi |
KOMENTAR