"Bukan, bukan." Aulia meringis dengan tampang bingung Dude. "Maksud aku, Mama aku minta kasih kue ini ke kalian." Dia menghembus napas setelah mengatakannya, kemudian tersenyum.
Dude diam tidak menjawab.
"Kamu suka lapis legit, kan?" tanya Aulia.
"Darimana kamu tahu?"
Aulia terdiam menggigit bibir. Ya ampun Aulia, kok jadi ribet gini, sih?
"Aku cuma nebak aja kok," jawabnya kemudian nyengir. Dude cuma tersenyum tipis. Kelihatannya cowok tinggi itu memang sangat pendiam. Dude kemudian masuk membawa piring kue.
"Tunggu sebentar, ya," katanya tanpa basa-basi menyuruh Aulia masuk.
Aulia tidak peduli, mengikuti Dude di belakang kemudian duduk di kursi teras, sampai Dude keluar membawakan piringnya kembali.
"Makasih, ya," kata Dude datar, menyerahkan piring. Kaku! Apa dia enggak bisa bersikap manis sedikit aja sama aku? Ajak kenalan atau apa kek!
"Aku boleh tahu nomor hape atau pin BB kamu, enggak?" tanya Aulia.
"Aku enggak dikasih Mama pacaran sampai tamat kuliah." Ha pacaran? Emang kalau tanya pin BB harus pacaranm ya? Emang benar sih aku pengin dapatin dia. Tapi kok dia langsung mikir ke pacaran? Dasar kuno, nih, cowok, masak enggak boleh pacaran sebelum tamat kuliah, sih! Beneran anak mami ternyata.
"Memangnya semua teman kamu cowok, ya?" tanya Aulia penasaran.
"Iya."
"Trus, gimana kalau misalnya kamu suka sama seseorang, enggak boleh juga, harus sampai tamat kuliah?" Dude mengangguk pelan. Ya tuhan...memang cowok aneh! Aulia tidak habis pikir.
Hening sesaat.
"Sebenarnya aku suka sama kamu, Dud. Sejak kamu lihatin aku seminggu lalu, aku pengin dekat sama kamu. Aku sering merhatiin kamu lewat jendela kamar kita. Makanya aku jadi tahu semua kebiasaan kamu." Mendengarnya, mata Dude membesar tampak kaget.
"Maaf. Tapi aku beneran pengagum rahasia kamu," kata Aulia hampir berbisik.
Dude tidak menjawab sepatah kata pun sampai Aulia akhirnya pulang. Meski baru mengamatinya seminggu, Aulia tahu Dude tidak akan melanggar peraturan orangtuanya. Apa dia benar-benar mencintai Dude dan akan menunggunya sampai tamat kuliah? Entahlah....
Besoknya jendela kamar Dude tertutup, dia tidak pernah membukanya lagi. Seperti hatinya yang mungkin juga tertutup untuk Aulia.
(Oleh: Venny Mandasari, foto ilustrasi: tumblr.com)
Penulis | : | Astri Soeparyono |
Editor | : | Astri Soeparyono |
KOMENTAR