Mata Nilam mengerjap takjub. Mei Mei membuka kaca etalase. Tangannya terulur, mengambil sepasang anting emas. Bentuknya seperti kelopak mawar.
"Anting ini cocok untukmu."
Nilam menggeleng. "Saya tidak suka anting. Kalau gelang?"
"Saya tahu kamu akan memilih gelang. Memang sesuai kepribadianmu."
Mei Mei mengambil sesuatu dari dalam etalase. Sebuah kotak beludru berwarna biru. Mei Mei menyerahkan kotak itu kepada Nilam. "Apa kamu suka gelang ini?"
Nilam memerhatikan gelang itu. Warnanya putih keperakan. Bola-bola kecil berwarna jingga tampak di salah satu sisinya, seperti manik-manik.
Sejenak Nilam terpaku melihat gelang itu. Ia pun mengangguk kecil. "Iya, saya suka yang seperti ini. Tapi... maaf. Saya sedang tidak bawa uang."
Mei Mei menepuk tangan Nilam yang menggenggam kotak beludru itu. "Jangan khawatir. Saya tidak terobsesi dengan uang saat membuka toko ini. Saya sangat menyukai barang. Mereka bercerita, walau tak terdengar. Saya berusaha mendengarnya. Barang ini memang milikmu. Dia sudah memastikan dirinya menjadi takdirmu."
"Tapi..."
"Saya menghadiahkannya untukmu. Gratis. Ini hadiah karena kamu pengunjung pertama toko ini. Tidak masalah kan?"
"Tapi..."
"Terimalah." Mei Mei bersikeras.
Penulis | : | Astri Soeparyono |
Editor | : | Astri Soeparyono |
KOMENTAR