Suara itu lembut, nyaris berupa bisikan. Nilam terpaku. Aura dingin menyergap tengkuknya. Ia yakin suara itu berasal dari ruangan ini. Masalahnya, siapa yang berbicara? Atau itu cuma halusinasinya saja? Bulu kuduk Nilam seketika meremang.
***
Nilam berjalan di trotoar seraya menghela napas lelah. Dua jam les piano membuatnya frustasi. Pak Danu terus-terusan berkomentar tidak puas dengan nada-nada yang dihasilkan jemarinya.
Nilam berbelok di tikungan. Matanya segera tertumbuk pada papan nama bertuliskan Antique. Seketika Nilam teringat pada Mei Mei.
Sebenarnya, Nilam merasa tidak enak mendapatkan gelang itu dari Mei Mei tanpa membayarnya. Akhirnya, ia memutuskan mampir sebentar ke toko itu. Barangkali ada benda bagus yang bisa ia beli, sebagai ganti gelang pemberian Mei Mei.
Nilam menunggu di depan zebra cross. Kendaraan berlalu lalang di depannya. Saat lampu lalu lintas berubah merah, Nilam berjalan pelan melintasi zebra cross.
Saat berada di tengah jalan, tubuh Nilam tidak bisa digerakkan, seolah ada yang mencekal kakinya. Nilam gelagapan. Lampu sudah berubah hijau. Ia menoleh. Sebuah mobil melaju kencang ke arahnya. Nilam melihat sopir mobil itu memalingkan wajah dan meneriaki penumpang yang duduk di sebelahnya.
Lalu... BRAAAAK!!
Tubuh Nilam membentur mobil itu. Tubuhnya terpelanting. Darah berceceran, beraroma anyir. Nilam mencoba membuka mata. Tubuhnya sakit dan terasa ngilu di beberapa bagian.
Penulis | : | Astri Soeparyono |
Editor | : | Astri Soeparyono |
KOMENTAR