"Baiklah. Terima kasih. Saya akan menjaganya baik-baik." Nilam menggenggam kotak beludru itu. Ia menatap Mei Mei. Perempuan itu sedikit aneh dan misterius. Ah, tapi sudahlah. Ia tidak ingin memikirkannya.
"Hati-hati."
Nilam menoleh.
"Seperti kata saya, semua barang berbicara. Berhati-hatilah. Kalau ada sesuatu, datanglah menemui saya. Ikatan takdir selalu mempertemukan dua hal. Keterikatan yang absolut. Itu tidak bisa dicegah oleh siapa pun, karena mereka memang ditakdirkan untuk bertemu. Pahamilah hal itu."
Nilam mengerutkan kening, tidak mengerti maksud pembicaraan Mei Mei.
***
Nilam terbangun. Peluh membanjiri tubuhnya. Keningnya mengerut saat mengingat mimpinya barusan. Mimpi yang aneh. Ia berlari menembus kabut, seperti dikejar sesuatu. Nilam bergidik. Walau hanya mimpi, entah kenapa seperti nyata saja. Bahkan perasaan lelah karena habis berlari itu seperti dialaminya.
"Cuma mimpi," pikir Nilam. Ia menarik selimut, berusaha kembali tidur.
***
Nilam mendelik kesal pada kucingnya Milky. Hari ini kelakuan Milky sangat menyebalkan. Ia menaiki meja, mendesis seolah ada orang jahat, lalu menyenggol gelas Nilam. Saat Nilam menyapu pecahan gelas, tanpa sengaja kakinya menginjak beling hingga berdarah.
Setelah membersihkan luka dengan alkohol dan diberi plester, Nilam duduk di sofa. Milky meringkuk di kandangnya. Ia tidak mau mendekati Nilam.
"Nilam, kamu nggak pergi les?!" teriak Mama dari kamarnya.
Penulis | : | Astri Soeparyono |
Editor | : | Astri Soeparyono |
KOMENTAR