Selepas berkata seperti itu arah pandang mata Karin tertuju pada Gendis yang ia duga enggak kooperatif sebagai seorang sahabat karena enggak mau memberitahunya dan Mei sebab-musabab Briliantina melancarkan aksinya itu. Entahlah, apa karena Gendis anggota baru di lingkungan persahabatan baru mereka.
Brilintina yang enggak kunjung menjawab membuat Karin hilang akal untuk mencari tahu. Mei pun ikut-ikutan menamengi diri dengan membangun 'pertahanan'. Cewek yang satu ini sepertinya sudah bisa membaca kalau suasana di antara mereka berubah dan perlahan tegang. Mei neggak mau semakin memperkeruh suasana.
"Eee...mending kita ke kantin aja deh, Rin. Biarin Lian tenang dulu," ujar Mei berusaha mencari cara mengendurkan ketegangan. "Dis, lo temenin Lian, ya?" sambung Mei pada Gendis yang kemudian disambut anggukan kepala oleh Gendis.,
Karin dan Mei pun beranjak meninggalkan kelas.
**
Selepas Karin dan Mei berlalu, anehnya Briliantina tampak protes.
"Masa mereka berdua enggak peka, sih? Masa mereka enggak tau apa yang udah mereka perbuat ke gue. Heran! Sebel, deh, gue!"
Briliantina menghempaskan pelan punggungnya ke sandaran kursi, tangannya kemudian ia sedekapkan di dada. Napasnya sedikit memburu karena marah yang enggak terlampiaskan tadi.
Gendis bergeming. Cewek itu enggak menyela, ia mendengarkan dengan setia. Tampaknya gemuruh kesal Briliantina enggak akan berhenti sampai di situ saja.
"Masa lebih peka lo sih, Dis, yang baru tiga bulan gabung ke geng kita ketimbang mereka yang udah jadi sahabat gue semasa SMP?!"
Gendis masih senantiasa diam.
"Ngakunya BFF1 tapi rasa kesetiakawanannya kendor begitu? Apaa,n tuh?!"
Penulis | : | Astri Soeparyono |
Editor | : | Astri Soeparyono |
KOMENTAR