"Gandhi! Rayya kasian, nih, ditinggal kamu ikut lomba. Besok dia diajakin, ya." teriak Ivany pada Gandhi yang duduk di bangku paling depan. Gandhi hanya menoleh dan tersenyum sambil geleng-geleng kepala. Rayya hanya melotot dan berpura-pura marah pada sahabatnya itu.
***
Hasil ulangan bab kedua fisika dibagikan. Rayya hanya bisa meremas kertas ulangannya. Angka 65 terpampang di atasnya. Dia harus mengikuti remedial lagi kali ini. Well, sebenarnya hasil itu peningkatan dibanding ulangan bab pertama kemarin. Ulangan bab pertama dia hanya mendapat 50. Lalu tak sengaja matanya bertatapan dengan Gandhi. Cowok itu tersenyum. Pasti nilainya sempurna lagi, batin Rayya.
"Nilai ulangan tertinggi di kelas ini dan juga di seluruh kelas XI IPA diraih oleh Gandhi dengan nilai sempurna. Beri selamat pada teman kalian satu ini." Pak Didit berujar di depan kelas, wajahnya sumringah menatap Gandhi. Teman-teman bertepuk tangan. "Oh ya, Rayya bagaimana kabar nilainya? Remedialkah?" pandangan Pak Didit lalu tertuju pada Rayya.
"I...ya, Pak," Rayya berujar pelan. Dia tahu betul apa yang akan Pak Didit ucapkan setelah ini.
"Kamu harus belajar lebih giat lagi, Rayya. Kalau bisa belajar dengan Gandhi, dia pacar kamu, kan? Jangan sungkan minta dajarin. Jangan suka tidur di kelas juga, ya." Sontak, teman-teman satu kelas tertawa. Suasana menjadi riuh.
Crap! Rayya benci bagian ini. Saat para guru selalu menyuruhnya untuk belajar bersama Gandhi. Kenapa teman-teman kelasnya tidak bisa jaga rahasia, sampai-sampai semua guru yang mengajarnya tahu hubungannya dengan Gandhi. Seolah-olah Rayya terlihat begitu bodoh. Seolah-olah Gandhi sangat tidak beruntung memperoleh pacar seperti Rayya.
***
Rayya tidak tahan lagi. Dia benar-benar harus mengakhiri hubungannya dengan Gandhi. dengan begitu, dia bisa terbebas dari pertanyaan teman-temannya. "Kok kamu bisa, sih, pacaran sama Gandhi?" Dia juga bisa membebaskan Gandhi dari pertanyaan yang sama. Dia juga bisa membuat Gandhi tidak dicerca oleh guru karena berpacaran dengannya. Yang terpenting, Gandhi bisa lebih fokus dengan urusan sekolah jika tidak menjalin hubungan dengannya.
Rayya ingat betul, demi mempersiapkan kejutan ulang tahunnya, Gandhi rela tidak mengikuti bimbingan karya ilmah. Rayya juga ingat Gandhi menunda membeli kamus digital karena ia membelikan Rayya satu paket tetralogi The Lord Of The Rings. Rayya masih ingat aksi kaburnya bersama Gandhi dari kursus bahasa Korea mereka karena ajakannya. Dan juga ingat tabungan mereka berdua pada celengan ayam yang nantinya akan digunakan untuk berlibur ke Yogyakarta bersama. Satu tahun bukanlah waktu yang singkat. Terlalu banyak kenangan yang telah mereka ciptakan. Namun, demi kebaikan mereka berdua pula, Rayya harus mengakhiri hubungannya dengan Gandhi. Dengan hati-hati dia mencari nomor kontak Gandhi di handphone, yah dia tahu putus lewat telepon bukanlah hal yang baik. Tetapi dia tidak tega jika harus berbicara langsung dengan Gandhi. Lebih tepatnya, Rayya tidak sanggup.
Telepon tersambung, suara Gandhi di seberang menyahut.
"Halo? Rayya? Ada apa telpon malem-malem? Kangen ya?"
Penulis | : | Astri Soeparyono |
Editor | : | Astri Soeparyono |
KOMENTAR