Tita terdiam. Duduk di bibir ranjang sambil menatap meja belajar Cecil yang berantakan tidak karuan. "Masalahnya kalau aku bilang begitu, Eros enggak mau lagi bicara denganku," jawab Tita pelan. "Aku nanti jadi makin sedih. Kehilangan. Enggak akan ada lagi tepukan di bahu."
Cecil memandang sahabatnya yang sedang bersedih itu. Sungguh, ia berempati pada keadaan Tita. Tetapi ekspresi Cecil tak pernah bisa menunjukkan itu. Ia tetap saja berpikir jahil seperti biasa. "Cengeng!" oloknya. "Besok ganti aku yang nepuk kamu. Jangan khawatir!"
Seketika kesedihan Tita mencair, "Apa enaknya tepukanmu?"
"Ya setidaknya habis nepuk aku enggak sekedar minta contekan dan meninggalkanmu," jawab Cecil ringan. "Bodoh betul, dimanfaatkan gitu, kok, malah senang, merasa dibutuhkan, diperhatikan. Padahal sama saja dengan pemerasan."
Kata-kata yang pedas dan cenderung kasar. Terasa menohok perasaan Tita. Hampir Tita marah karena merasa tak dimengerti perasaannya oleh Cecil. Tetapi sebentar kemudian ia merasa apa yang dikatakan Cecil memang benar.
"Pasti dia tidak mau lagi mendekatimu kalau kamu menolak membantu. Dan ya gitu, awal-awal kamu akan merasa kehilangan," lanjut Cecil dengan nada mengejek. "Tapi lama-lama biasa. Memang sebelum ini, siapa yang menepukmu? Enggak ada, kan? Dan kamu juga baik-baik saja. Malah enggak pernah remedial."
Cecil tertawa. Tita yang jengkel membungkam tawa itu dengan bantal di sampingnya.
**
Pak Eko meninggalkan kelas sebelum jam usai pelajaran berdentang.
"Remedial, enggak?" tanya Cecil pada Tita.
"Remedial?" tanya Tita dengan nada mencemooh. Dibentangnya hasil evaluasi sastra yang baru saja dibagikan Pak Eko. Nilai 8,25 terpampang di situ. "Memang aku mau terus-terusan jadi geng remedial seperti kamu dan Eros?" Suara Tita berubah pelan ketika menyebut nama itu.
"Siapa juga yang mau satu geng sama dia? Nih!" Ganti Cecil yang membentangkan hasil evaluasinya. "Enggak selisih banyak kan?"
Keduanya tertawa. Mana bisa nilai 7 tidak berselisih banyak dengan 8,25?
"Kayaknya dia masih remedial juga," kata Cecil sambil memainkan matanya, menunjuk ke arah Eros.
"Biar nanti minta contekan sama kamu."
"Bukannya sama kamu?" balas Cecil.
"Oh, tidak!"
"Kehilangan dong."
"Hm, iya sih. Tapi siapa mau jatuh hati sama jago remedial?"
Cecil meringis. Tita sudah berhasil melepaskan diri dari Eros rupanya, bantinnya.
***
(oleh: sitta m zein, foto: imgfave.com)
Penulis | : | Astri Soeparyono |
Editor | : | Astri Soeparyono |
KOMENTAR