Suara langkah kaki.
Ketika Tasia membuka pintu kamar dengan sekali banting dan melangkah masuk sambil menghentak-hentakkan kaki, aku sudah tahu apa yang ia inginkan.
Aku.
Dan dugaanku tepat.
Tasia mengambilku dan mendekapku erat-erat. Wajahku terbenam dalam kaos oblongnya. Dan tak lama berselang, aku merasakan tetes-tetes air membasahi kepalaku. Air matakah?
"Nggak adil," ucap Tasia sambil terisak pelan. "Kenapa aku nggak seberuntung mereka?"
Apa maksudmu?
Penulis | : | Astri Soeparyono |
Editor | : | Astri Soeparyono |
KOMENTAR