"Maaf, Bapak Indra, "kata seorang polisi yang tadi berdebat dengan Nenek Euis, "Boleh saya masuk dan menggeledah rumah Bapak? Saya baru saja mendapatkan informasi bahwa telah terjadi pembunuhan di sini."
Tanpa menunggu jawaban, polisi itu langsung menyeruak masuk kedalam. Winda, Nenek Euis dan kedua polisi yang lain mengikutinya dari belakang. Noda-noda darah sudah lenyap begitu Winda memasuki ruang tamu. Mereka pasti sudah membersihkannya.
"Mereka kubur mayatnya di halaman belakang, Pak, "Winda memberanikan diri memberi informasi.
Pasangan suami istri itu makin bertambah gugup.
"Saya bisa jelaskan semua ini, Pak," seru Indra tanpa basa-basi.
Polisi pemimpin itu mengeluarkan pistol dan menodongkannya ke arah mereka berdua. Indra dan Maya langsung mengangkat kedua tangan mereka. Pasangan itu tampaknya menjadi bisu mendadak saking takutnya. Mereka langsung menurut untuk memimpin kelompok itu menuju bagian belakang rumah.
Begitu mereka tiba di taman kecil yang hanya ditumbuhi rumput liar itu, Polisi pemimpin kembali memerintahkan mereka untuk menunjukkan tubuh korbannya. Indra mulai menggali tanah di bagian sudut taman yang tidak ditumbuhi rumput dengan sekop yang tergeletak sembarangan di atas rumput. Tak lama kemudian dia berhenti menggali dan mengeluarkan sebuah bungkusan putih dari dalam tanah. Para polisi bertukar pandang kebingungan. Bagaimana mungkin mayat manusia bisa sekecil ini? Apa mungkin tubuhnya telah dimutilasi menjadi beberapa bagian?
Indra membuka kain putih yang berlumur tanah itu dan Nenek Euis langsung menjerit;
"Cathy!"
Winda terkesiap kaget. Mengapa cuma ada bangkai kucing di situ?
"Kok cuma bangkai kucing?" salah satu polisi yang sejak tadi terdiam akhirnya membuka mulut, "Bukannya Winda melihat kalian membunuh orang?"
"Siapa bilang kami membunuh orang?" tanya Maya, tampak sangat tersinggung, "Kucing ini nyelonong masuk ke rumah dan langsung digigit sama anjing kami."
"Saya sudah coba pukul anjing kami supaya enggak menggigit lagi tapi kucing itu sudah terlanjur mati, "timpal Indra berang, "Kucing luar negeri itu kan mahal, saya takut disuruh ganti rugi. Jadi saya langsung kubur saja bangkainnya."
Sekarang giliran Winda yang menjadi bisu mendadak. Bagaimana mungkin dia bisa setolol itu? menarik kesimpulan dari bayangan-bayangan yang tidak jelas bentuknya? Kini semua orang memandangnya dengan kesal.
"WINDA!" mereka berteriak serempak.
Yang diteriaki langsung kabur dan berlari kembali ke kamarnya. Mengunci pintu, menjatuhkan diri ke atas kasur dan bersembunyi di balik selimut.
Maluuuuuuu!
(oleh : Nadia, foto: weheartit.com)
Penulis | : | Astri Soeparyono |
Editor | : | Astri Soeparyono |
KOMENTAR