Ekuatorian

Astri Soeparyono - Senin, 13 Agustus 2012 | 16:00
 
Ekuatorian
Astri Soeparyono

Ekuatorian

Ia terus berjuang melawan agresi panas mentari dan gravitasi bumi. Detik-detik kulminasi berlangsung sakral. Matahari semakin sangar. Langit tak menyisakan ruang untuk awan apalagi hujan. Matahari dan bumi seakan saling memelototi. Dan tepat pukul 11 lebih 51 menit, bayangan lenyap seketika. Kulminasi terjadi. Semua orang bersorak.

Matahari bertatap muka secara intim dengan bumi. Matahari menatap Rian tajam sekali. Panas, panas, panas! Sistem tubuh Rian tak sanggup lagi. Bayangan wajah Naisha muncul sekilas seperti fatamorgana. Rian seakan melayang. Masa tubuhnya tereduksi. Ia tak sanggup lagi melawan gravitasi bumi.

* * *

Naisha berjalan tergesa-gesa. Lorong rumah sakit bisa dilewatinya dalam sekejap mata. Langkahnya tertuju pada sebuah kamar inap di ujung sana. Naisha sudah berada di depan pintu. Seraya mengucapkan salam, ia membuka pintu.

Terlihat Rian tengah berbaring ditemani sang ibu. Matanya tampak masih tertutup. Sepertinya ia belum sadarkan diri.

"Oh, kamu sudah datang. Kamu Naisha, kan?" tanya ibu Rian ramah.

"I...iya," jawab Naisha cemas. Pandangannya masih tertuju pada Rian yang masih terlelap.

"Tidak apa, kamu enggak usah khawatir. Sebentar lagi Rian siuman, kok," ucap sang ibu tenang. "Maaf ya tadi ibu nelpon kamu. Tadi sepertinya Rian mau nelpon kamu tapi ia keburu pingsan duluan. Kalian udah janjian, ya?"

Naisha melongo. Ia lalu tersipu malu.

"Maafin Rian, ya! Rian itu memang anak yang ceroboh. Ia tak pernah peduli dengan kondisi badannya. Padahal, dia kan sedang sakit."

"Sakit?" Naisha terkaget.

"Iya, sakit. Seharusnya ibu sudah bilang pada pihak sekolah, tapi Rian menolak dan meminta ibu memberinya waktu."

Editor : CewekBanget



PROMOTED CONTENT

slide 4 to 6 of 14

Latest

Popular

Tag Popular

x