Jika di terima bersyukur. Jika tidak, sudahlah...
Aku melangkahkan keluar kelas, dan melihat jam tangan. 'Seharusnya Patrick sudah selesai latihan basket.' Kataku dalam hati.
Kakiku melangkah pelan menuju lapangan basket, tanganku berkeringat saat melihat Patrick di sudut lapangan bersiap untuk pulang. Patrick sudah mendkati pintu gerbang SMA Prestasi, jantungku seakan mau berhenti karena melebihi batas normal detak jantung manusia. Tapi, aku masih terdiam di luar lapangan.
Tanganku bertambah dingin, Patrick berada di depanku dengan posisi membelakangi.
Hmmmmmmmffffff...aku menghela napas panjang lagi. Aku berjalan pelan mendekati Patrick, tanganku hndak menyentuh pundak Patrick sedikit. Sedikit lagi.
Dan Patrick berjalan menyeberang jalan sebelum aku menyapanya.
'Ah, terlambat!' Aku menunduk lesu dan tanpa daya berbalik pergi.
BRUK! Sebuah suara keras terdengar dari belakangku. Dengan perasaan takut aku berbalik.
Pria muda diseberang jalan sudah trkulai lemah berlumuran darah. Aku jatuh berlutut, surat berwarna pink itu terjatuh dan terbawa angin yang berembus.
Meninggalkan surat yang tidak akan pernah tersampaikan.
***
Pada satu pagi, aku terlahir sebagai seorang bayi. Tangisanku menggema saat aku menyadari dinginnya udara disekitarku.
Penulis | : | Astri Soeparyono |
Editor | : | Astri Soeparyono |
KOMENTAR