"Aku mau nerusin baca buku, jangan kamu ganggu," pintaku padanya.
"Iya deh. Aku pergi dulu ya, amu lihat pertandingan kelas lain. "Dia pamit padaku, lalu melesat cepat bersama teman yang lain.
Kulanjutkan kegiatanku sebelum dia datang, baca buku. Tapi sepertinya, ketenangan yang kudapat tadi sudah dicemari perkataannya tntang rasa suka. Aku jadi melamun, memandang kosong tanaman bunga carnation merah jambu di depanku.
Cinta membuat orang menjadi bahagia. Benarkah itu? Bila telah dua kali aku harus menangis karena cinta.
Bukan sepenuhnya salah cinta, jika perlu menelan kecewa. Hanya saja cinta-lah yang membuatku bersedih. Karena kalau aku tidak memiliki perasaan itu pada orang lain, tntunya aku tidak perlu memendam kerinduan yang menyiksa.
Perasaan itu sangat menyakitkan. Berharap suatu waktu orang yang kita cintai menghampiri kita, menyatakan rasa cintanya dan membuat kita tersanjung. Ternyata yang terjadi justru sebaliknya. Orang itu memberikan cintanya pada orang lain. Padahal kita sudah bermimpi setinggi awan.
Aku ingat pengalamanku sendiri saat seorang temanku seperti Vivi menyampaikan salam dari seorang cowok. Aku begitu antusias menyambutnya. Aku jadi memperhatikan setiap gerak-gerik cowok itu. Apa saja kegiatannya aku tahu.
Seringkali aku mengkhayal, dia benar-benar menembakku dan kami pun berpacaran. Sampai-sampai aku brmimpi hal itu terjadi. Kenyataannya? Kudengar berita dia telah jadian dngan orang lain.
Lalu, untuk apa semua perhatian yang mati-matian aku berikan padanya. Kupupuk rasa suka sedikit demi sedikit, nyatanya setelah rasa cinta terwujud, dia meninggalkanku.
Kemudian aku berusaha menghapus cinta yang tercipta dengan mulai menyukai orang lain. Kulupakan dirinya dengan melampiaskan perasaan sukaku pada orang lain.
Kembali kuulang mimpi-mimpi. Memulai dari awal mengharapkan cinta. Kuagungkan cintaku pada orang ini. Mungkin salahku juga kalau akhirnya orang inipun pacaran dengan cewek lain.
Kesalahan terbesarku adalah karena aku tidak berusaha menunjukkan perasaanku. Tapi apa iya, seorang cewek menunjukkan perasaannya terlebih dahulu?
Penulis | : | Astri Soeparyono |
Editor | : | Astri Soeparyono |
KOMENTAR