Sebagai seorang cewek, kita banyak mengalami diskriminasi karena gender. Dianggap lemah, dilarang melakukan sesuatu, enggak didukung untuk mendapatkan pendidikan tinggi, atau mengalami pelecehan seksual.
Kejadian-kejadian mengerikan itu juga dialami oleh cewek di belahan dunia lain. Ini dia 5 kisah nyata kehidupan cewek di belahan dunia yang lebih seram dari film horor.
(Baca juga: Curhat Cewek yang Pernah Mencoba untuk Bunuh Diri Saat SMA Karena Depresi)
Pernikahan anak masal, India
Beberapa anak cewek dipaksa untuk menikah di dalam pernikahan masal di Chittorgarh, Rajasthan, India Utara. Anak-anak yang berusia 5-11 tahun ini menikah dalam upacara Hindu, Akshaya Tritiya.
Jika menikah pada perayaan ini, kita dianggap akan mendapatkan keuntungan dan kemakmuran. Namun, upacara Akshaya Tritiya disalahgunakan untuk menikahkan anak-anak di bawah umur.
Di dalam video yang merekam pernikahan di bawah umur ini, terlihat seorang anak cewek berusia 5 tahun yang menangis saat melakukan upacara pernikahan dengan calon suaminya yang berumur 11 tahun.
Tapi seorang pria tetap memaksanya untuk melakukan ritual pernikahan yakni memutari api sebanyak tujuh kali.
Usia legal pernikahan di India adalah 18 tahun untuk cewek dan 21 tahun untuk cowok. Namun berdasarkan data dari UNICEF, India adalah negara dengan pernikahan anak terbesar ketiga di dunia.
Sebenarnya pihak berwenang sudah melakukan cara untuk mencegah dan membatalkan pernikahan anak. Sayangnya, di beberapa wilayah perkampungan, pernikahan anak masih terjadi.
Banyak orang yang enggak berani melaporkan kasus-kasus pernikahan di bawah umur karena takut dihujat oleh masyarakat.
(Baca juga: Ngeluh Sakit Menstruasi? Penderitaan Cewek di Berbagai Negara Saat Menstruasi Ini Jauh Lebih Berat)
Memilih bunuh diri dibanding diperkosa, Syria
Di tengah gejolak konflik dan perang yang terjadi di Aleppo, Syria, cewek-cewek mengalami teror akan perkosaan masal. Pada Desember 2016 lalu, terdapat 20 cewek yang bersama-sama memilih untuk bunuh diri agak enggak diperkosa.
Presiden Bashar al-Assad memerintahkan tentara-tentaranya untuk menyerang dan menjatuhkan bom di Aleppo. Di kondisi penuh kekacauan ini, tentara-tentara tersebut menemukan kesenangan dengan melakukan pelecehan seksual pada para cewek di sana.
Seorang mantan perawat bernama Abdullateef Khaled menuliskan surat terakhir sebelum dia bunuh diri, “Aku adalah salah satu cewek di Aleppo yang sebentar lagi akan diperkosa. Aku bunuh diri bukannya tanpa alasan, namun karena aku enggak mau diperkosa oleh tentara-tentara al-Assad,” tulisnya.
Sunat perempuan, Indonesia
Pada beberapa orang di Indonesia, terdapat anggapan bahwa tradisi sunat bagi cewek dapat menekan hasrat seksual cewek, sehingga dia dapat menjaga kehormatan dan keperawanannya.
Sunat ini dilakukan dengan memotong klitoris pada alat kelamin cewek. Menurut Fuad Mahbub Siraj, dosen falsafah dan agama Universitas Paramadina, para dukun khitan enggak memiliki pengetahuan tentang penyucian kuman sehingga seringkali terjadi peradangan, infeksi, atau pembengkakan vagina.
Pendarahan hebat akibat pemotongan klitoris juga dapat menyebabkan kematian.
“Sunat yang dilakukan kepada anak-anak cewek ini bisa menjadi tekanan psikologis sepanjang hidup. Prosedur yang kejam dapat menimbulkan konsekuensi dalam kepribadian anak saat menginjak usia remaja dan dewasa,” jelas Fuad.
Saat ini pemerintah masih mengkaji praktek sunat perempuan sebab belum belum ada hukum yang jelas mengenai praktk ini.
Pemerkosaan masal, Burundi
Geng pemuda dari partai yang sedang berkuasa di Burundi, yakni Imbonerakure dilaporkan seringkali memperkosa cewek-cewek secara bersamaan sejak 2015 sampai sekarang. Biasanya, korban perkosaan adalah anggota keluarga dari partai yang melawan pemerintah. Polisi bahkan ikut dalam pelecehan seksual ini.
Cowok-cowok pelaku pemerkosaan membawa senjata tajam atau pisau saat menyerang rumah-rumah warga di malam hari. Kemudian mereka memperkosa para cewek, enggak peduli apakah ada anak korban di situ.
Korban yang masih hidup mendapatkan konsekuensi jangka panjang seperti penyakit menular kelamin, kehamilan, trauma, dan depresi.
Enggak bisa mendapatkan pendidikan, Pakistan
Banyak orangtua di Pakistan yang lebih memilih anak ceweknya untuk membantu urusan rumah tangga dibanding bersekolah. Bahkan beberapa daerah benar-benar melarang cewek untuk mendapatkan pendidikan.
Sekolah pun sepi murid dan memiliki guru yang sebenarnya enggak bisa mengajar. Pakistan adalah negara kedua dengan angka anak-anak yang enggak bersekolah, kebanyakan dari mereka adalah cewek.
Saat ini berbagai yayasan masih berjuang untuk memberikan pendidikan yang layak bagi para cewek di Pakistan
(Baca juga: Pikiran Untuk Bunuh Diri Datang Tanpa Disadari & Sering Dianggap Remeh. Waspada Sebelum Terlambat)
Penulis | : | Intan Aprilia |
Editor | : | Intan Aprilia |
KOMENTAR