Bahkan banyak pemberitaan yang sengaja bilang kalau remaja jadi ikut intoleransi gara-gara Pilkada DKI.
“Enggak pantas dan enggak perlu bahas soal agama di medsos, karena agama itu tanggung jawab masing-masing manusia. Masalah pribadi dengan yang disembahnya.
Sebagian perpecahan berawal dari medsos. Belum tentu respon yang baca baik, tergantung dari bijaksana atau enggaknya si pembaca itu.
Kalau buat aku sih enggak terlalu pengaruh ya.
Yang penting aku taat dengan agama aku sendiri.” -Vero (15), SMAN 46 Jakarta.
“Isu intoleransi ini malah bikin perpecahan di Indonesia.
Semboyan Bhineka Tunggal Ika saat ini sepertinya udah luntur karena banyak orang yang udah enggak menghargai perbedaa.
Pilkada Jakarta kemarin juga banyak yang sengaja manas-manasin atau menyudutkan salah satu paslon.
Enggak sehat buat kita karena banyak kebencian yang menyangkut SARA yang diangkat ke publik.
Walau aku bukan orang Jakarta, tapi ikut kesal sama isu ini, hati aku ikut panas. Ditambah juga ada teman-temanku yang manas-manasin.” Renanda (16), SMAN 2 Bogor.
“Harusnya isu intoleransi ini enggak usah diperdebatkan, karena memilih udah jadi hak masing-masing dan enggak seharusnya kita saling menjatuhkan.
Malah justru dijadikan untuk saling menghargai pendapat satu sama lain.
Pengaruhnya buat aku sih jadi semakin mikir kalau toleransi itu membuat kita satu dan enggak membeda-bedakan satu sama lain.” - Fitriany (16), SMAN 91 Jakarta.
Penulis | : | Aisha Ria Ginanti |
Editor | : | Aisha Ria Ginanti |
KOMENTAR