Teman satu geng Janis ini orang Bali semua dan beragama Hindu.
Jadinya Janis satu-satunya yang beda agama.
Tapi Janis enggak pernah merasa itu masalah dan enggak pernah mengalami diskriminasi.
Hal yang paling simpel adalah saat makan bareng.
Sebagai muslim, Janis enggak boleh makan babi, sedangkan teman segengnya semua penyukan masakan dari daging babi yang juga banyak dan terkenal di Bali.
“Misalnya kalau makan siang, tadinya mereka mau makan di tempat yang ada babinya, tapi karena ada aku, jadinya batal. Cari tempat makan yang aku juga bisa makan.
Lama-lama jadi kebiasaan aja. Kadang aku juga nemenin mereka makan babi, setalah itu gantian, merekan yang nemenin aku makan (halal),” cerita Janis.
Intinya menurut Janis, perbedaan itu enggak jadi masalah sama sekali.
Bahkan kadang Janis menerangkan tentang bagaimana itu solat karena teman-temannya bertanya, dan teman-temannya juga menerangkan tentang budaya dan agama mereka.
Satu hal yang pasti, menurut Janis, mereka bersahabat dekat karena punya banyak persamaan.
“Dari ketemu pas Ospek udah ‘sreg’ banget.
Kebetulan yang kami sukai, pikirin dan omongin itu mirip-mirip jadi bisa nyambung satu sama lain.
Kami suka makan-makan, foto-foto, jalan-jalan menjelajah,” jela Janis.
Pindah dari daerah di mana Islam (agamanya) jadi mayorita ke daerah di mana Islam jadi minoritas juga mengajarkan Janis lebih banyak soal toleransi dan saling menghargai.
(Baca juga: 5 Serial Drama Korea dengan Cerita Persahabatan di Sekolah)
Selalu Ada Persamaan
“Hanya dengan menerima perbedaanlah, kita mampu menemukan banyak persamaan. Jangan berharap bahwa orang lain akan jadi sama seperti kita, dengan demikian maka kita akan melihat bahwa kita punya banyak pesamaan dalam berbagai hal dengan orang-orang (yang kita anggap berbeda) tersebut.” - C. JoyBell C
Perbedaan emang mudah banget terlihat, tapi persamaan memang butuh usaha untuk bia menemukannya.
Kalau kita mau berusaha melepas segala label yang melekat pada diri kita (ras, suku, agama, dan lainnya), kita pasti akan menemukan persamaan dengan orang-orang di sekitar kita.
Seperti social experiment ini, yang mengajarkan kita kalau perbedaan itu biasa.
Pasti ada persamaan dalam sebuah perbedaan.
Atau video social experiment ini.
Saat kita mencoba untuk mengeluarkan orang-orang dari ‘kotak-kotak’ perbedaan yang biasanya kita berikan pada seseorang. Mungkin kita akan menenmukan banyak persamaan dengan orang yang selama ini kita diskriminasi karena kita anggap berbeda.
Jadi, memang selalu ada persamaan pada sebuah perbedaan.
Yang perlu kita lakukan hanya menerima dan menghargai perbedaan itu. Dan itu, enggak sulit kok.
Asalkan kita mau sedikit usaha lebih.
Mau lebih terbuka, berdialog dan mendengarkan.
(Baca juga:
Penulis | : | Aisha Ria Ginanti |
Editor | : | Aisha Ria Ginanti |
KOMENTAR