Saat masa ospek, selama 5 hari para mahasiswa baru akan dikenalkan dengan lingkungan kampus, unit kegiatan mahasiswa yang ada di dalamnya, kelas, organisasi, peraturan, letak gedung, cara akses ini dan itu dan juga berkenalan dengan mentor.
Menurut Hanna yang saat ini menginjak tahun terakhir di UPH, mentor itu tugasnya benar-benar membimbing mahasiswa baru.
“Satu mentor itu membimbing sepuluh mahasiswa dan sebagai mentor itu harus dekat dengan mentee-menteenya,” jelas Hanna.
Jadi mengubah pandangan tentang ospek
Setelah mengikuti kegiatan ospek di fakultasnya, Qyanna dari Universitas Indonesia mengaku kalau pandangannya tentang ospek jadi berbeda.
“Awalnya aku kira bakal keras dan disiplin banget tapi ternyata enggak.
Di fakultasku, komite disiplinnya aku kira awalnya mereka galak-galak, kerjanya cuma marahin maba dan marah-marah karena first impression itu aku jadi berpikir negatif ke mereka.
Tapi setelah rangkaian ospek selesai, ternyata mereka bertugas seperti itu biar mabanya menjadi disiplin dan semuanya serba rapi dan teratur. Marahnya mereka juga karena ada alasannya dan kalau enggak ada yang salah enggak akan dimarahi,“ cerita Qyanna.
Berkesan banget
“Ada tiga rangkaian ospek yang harus aku lewati, ospek gabungan, ospek fakultas dan ospek jurusan,” kata mahasiswi semester 5 Universitas Parahyangan ini.
Tapi menurut Andita, dari ketiga ospek itu yang paling berkesan adalah ospek jurusan.
“Di ospek jurusan itu maba dibagi jadi delegasi per negara terus ikut sidang PBB jadi-jadian gitu. Sidangnya bener-bener tegang.
Aku juga jadi kenal dunia Hubungan Internasional, teman baru dan juga senior. Apalagi juga jadi tahu kemampuan anak-anak angkatan dan siapa yang bisa jadi rekan kerja yang baik di kampus.
Dan sehabis kegiatan sidang ada kegiatan informal, waktu itu nampilin masakan per negara,” jelasnya.
Jadi, enggak perlu takut lagi, kan, menunggu ospek?
Penulis | : | Ifnur Hikmah |
Editor | : | Ifnur Hikmah |
KOMENTAR