Enggak kerasa kalau sebentar lagi masa-masa ospek akan dimulai.
Kalau mendengar kata Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus atau yang lebih sering dikenal dengan sebutan ospek, pastinya ada banyak banget hal-hal negatif yang terlintas di pikiran kita.
Apalagi seringkali di koran maupun televisi, ada pemberitaan tentang kegiatan ospek yang ekstrem banget.
Meskipun demikian, ospek seharusnya jadi momen yang menyenangkan dan enggak terlupakan, apalagi karena kita jadi bisa mengenal kampus dan juga berkenalan dengan teman-teman baru di kampus.
Buat yang penasaran gimana sih rasanya selama ospek, 6 mahasiswa ini membagikan cerita mereka saat sedang menjalani ospek di kampus mereka masing-masing.
Banyak tugas
Kepada Cewekbanget.id, Sandra, mahasiswi semester 3 dari Universitas Prasetiya Mulya ini membagikan ceritanya saat dulu menjalani ospek.
Sandra bercerita kalau ada banyak banget tugas yang harus dia kerjakan saat ospek dan bahkan mengharuskan dia untuk pulang malam.
“Tugasnya itu ada bikin buku angkatan, video angkatan dan ada yang berhubungan dengan jurusan kuliahku, yaitu bisnis. Jadinya aku membuat proposal bisnis juga.
Belum lagi kalau ada yang salah, kalau salah sedikit disuruh mengulang. Ada yang sengaja dicari-cari kesalahannya.
Meskipun capek dan tugasnya banyak, aku ngerti kalau ini semua ada maksudnya, jadi biar aku enggak terlalu kaget di masa perkuliahan,“ jelas Sandra.
Pakai atribut
Mirip dengan Sandra, Sheli yang berkuliah jurusan perhotelan di STP Trisakti juga punya cerita seru.
Selama ospek, ia diharuskan untuk berpenampilan rapi, menggunakan hairnet, make up, kemeja putih dan sepatu pantofel.
Setiap mahasiswa juga diharuskan membuat papan nama di karton dan dihias dengan berbagai jenis kacang-kacangan.
“Selama rangkaian ospek, aku wajib untuk menggunakan atribut-atribut yang udah ditentukan,” tutur Sheli.
Enggak pakai kekerasan
Erika yang berkuliah di jurusan hukum UGM mengaku kalau ospek di kampusnya sama sekali enggak menggunakan kekerasan.
Hal ini dikarenakan peraturan yang enggak memperbolehkan panitia ospek untuk menggunakan kekerasan selama ospek.
Dan tentunya kegiatan yang paling ditunggu-tunggu saat ospek di UGM adalah membuat lambang yang besar dengan menggunakan orang dan nantinya akan difoto dari atas.
“Ospek enggak pakai kekerasan sama sekali. Dimarahi panitia pun enggak yang parah banget.
Terakhirnya kami membuat lambang bareng-bareng dan nantinya difoto dari atas. Keren banget hasilnya,“ cerita Erika.
Dibimbing oleh mentor
Sama seperti ospek di UGM, enggak ada kekerasan yang ditemui di UPH.
Saat masa ospek, selama 5 hari para mahasiswa baru akan dikenalkan dengan lingkungan kampus, unit kegiatan mahasiswa yang ada di dalamnya, kelas, organisasi, peraturan, letak gedung, cara akses ini dan itu dan juga berkenalan dengan mentor.
Menurut Hanna yang saat ini menginjak tahun terakhir di UPH, mentor itu tugasnya benar-benar membimbing mahasiswa baru.
“Satu mentor itu membimbing sepuluh mahasiswa dan sebagai mentor itu harus dekat dengan mentee-menteenya,” jelas Hanna.
Jadi mengubah pandangan tentang ospek
Setelah mengikuti kegiatan ospek di fakultasnya, Qyanna dari Universitas Indonesia mengaku kalau pandangannya tentang ospek jadi berbeda.
“Awalnya aku kira bakal keras dan disiplin banget tapi ternyata enggak.
Di fakultasku, komite disiplinnya aku kira awalnya mereka galak-galak, kerjanya cuma marahin maba dan marah-marah karena first impression itu aku jadi berpikir negatif ke mereka.
Tapi setelah rangkaian ospek selesai, ternyata mereka bertugas seperti itu biar mabanya menjadi disiplin dan semuanya serba rapi dan teratur. Marahnya mereka juga karena ada alasannya dan kalau enggak ada yang salah enggak akan dimarahi,“ cerita Qyanna.
Berkesan banget
“Ada tiga rangkaian ospek yang harus aku lewati, ospek gabungan, ospek fakultas dan ospek jurusan,” kata mahasiswi semester 5 Universitas Parahyangan ini.
Tapi menurut Andita, dari ketiga ospek itu yang paling berkesan adalah ospek jurusan.
“Di ospek jurusan itu maba dibagi jadi delegasi per negara terus ikut sidang PBB jadi-jadian gitu. Sidangnya bener-bener tegang.
Aku juga jadi kenal dunia Hubungan Internasional, teman baru dan juga senior. Apalagi juga jadi tahu kemampuan anak-anak angkatan dan siapa yang bisa jadi rekan kerja yang baik di kampus.
Dan sehabis kegiatan sidang ada kegiatan informal, waktu itu nampilin masakan per negara,” jelasnya.
Jadi, enggak perlu takut lagi, kan, menunggu ospek?
Penulis | : | Ifnur Hikmah |
Editor | : | Ifnur Hikmah |
KOMENTAR