Mirip dengan Sandra, Sheli yang berkuliah jurusan perhotelan di STP Trisakti juga punya cerita seru.
Selama ospek, ia diharuskan untuk berpenampilan rapi, menggunakan hairnet, make up, kemeja putih dan sepatu pantofel.
Setiap mahasiswa juga diharuskan membuat papan nama di karton dan dihias dengan berbagai jenis kacang-kacangan.
“Selama rangkaian ospek, aku wajib untuk menggunakan atribut-atribut yang udah ditentukan,” tutur Sheli.
Enggak pakai kekerasan
Erika yang berkuliah di jurusan hukum UGM mengaku kalau ospek di kampusnya sama sekali enggak menggunakan kekerasan.
Hal ini dikarenakan peraturan yang enggak memperbolehkan panitia ospek untuk menggunakan kekerasan selama ospek.
Dan tentunya kegiatan yang paling ditunggu-tunggu saat ospek di UGM adalah membuat lambang yang besar dengan menggunakan orang dan nantinya akan difoto dari atas.
“Ospek enggak pakai kekerasan sama sekali. Dimarahi panitia pun enggak yang parah banget.
Terakhirnya kami membuat lambang bareng-bareng dan nantinya difoto dari atas. Keren banget hasilnya,“ cerita Erika.
Dibimbing oleh mentor
Sama seperti ospek di UGM, enggak ada kekerasan yang ditemui di UPH.
Penulis | : | Ifnur Hikmah |
Editor | : | Ifnur Hikmah |
KOMENTAR