AS (14), merupakan siswi MTs (setingkat SMP) Muhammadiyah 1 Ciputat yang diculik seorang pria pada Minggu, 17 Desember lalu.
Setelah empat hari hilang, AS akhirnya ditemukan. Namun, dia masih dalam keadaan shock.
Penculikan merupakan hal yang mengerikan bagi siapa saja. Oleh sebab itu, korban sering kali trauma dalam waktu yang sama.
Trauma tersebut bisa memancing gangguan mental, hilangnya rasa percaya, juga rasa takut terus menerus.
Gangguan-gangguan tersebut tentunya dapat menganggu kehidupan sehari-hari korban.
Sebenarnya apa yang harus dilakukan untuk memulihkan trauma korban penculikan?
(Baca juga: Siswi di Ciputat Diculik, Ini 5 Cara Melindungi Diri Jika Kita Diculik)
Trauma psikologis bagi korban penculikan
Korban penculikan pasti mengalami PTSD (post-traumatic stress disorder, gangguan pasca peristiwa traumatik). PTSD dapat berupa berbagai bentuk gangguan mental, seperti:
1. Kecemasan (anxiety)
2. Serangan panik (panic attack)
3. Depresi
4. Rasa takut terus menerus
5. Rasa tidak aman dan tidak berdaya
6. Sulit mempercayai orang
7. Mudah marah
8. Sangat pendiam dan menutup diri
9. Susah bersosialisasi dan berkomunikasi
10. Sulit berkonsentrasi
(Baca juga: Duel Gladiator & Kasus Kekerasan di Sekolah yang Terus Meningkat. Kenapa Ini Bisa Terjadi?)
Memulihkan trauma pada korban
Memulihkan trauma pada korban penculikan bukanlah hal yang mudah dan sebentar, namun sebagai orang terdekat, kita bisa melakukan hal-hal ini untuk membantu pemulihan kondisi psikologis mereka:
Menurut Rebecca Bailey, psikolog dan penulis buku ‘Safe Kids, Smart Parents: What Parents Need to Know to Keep Their Children Safe’, terdapat beberapa cara untuk mengatasi trauma pada korban penculikan.
Biarkan korban mengambil keputusan sendiri
Saat diculik, hal untuk mengambil keputusan dan berbicara direnggut dari korban.
Korban jadi enggak berdaya karena nasibnya berada di tangan pelaku.
Akibat dikontrol oleh pelaku, dia jadi merasa hidupnya bukan miliknya lagi.
Oleh sebab itu, sebagai upaya pemulihan psikologis, kita harus memberikan pilihan baginya.
Mulailah dari hal-hal sederhana, misalnya, “Kamu mau minum teh atau mau minum air putih? Atau ada makanan yang pengin kamu makan?”
Pengambilan keputusan seperti itu perlahan akan membuatnya merasa kembali memiliki kontrol atas hidupnya sendiri.
Mendekatkan diri pada keluarga
Salah satu hal terpenting bagi proses pemulihan adalah peran keluarga dan orang terdekat.
Dengan dukungan dari keluarga, korban dapat merasa aman dan nyaman, sehingga perlahan bisa mengembalikan rasa percayanya.
Berkonsulitasi pada terapis
Enggak hanya dari keluarga, korban juga butuh bantuan profesional dari terapis.
Ajak dan temani korban saat berkonsultasi di terapis.
Dengan bantuan profesional, proses pemulihan juga dapat berjalan lebih mudah, karena enggak hanya kepada korban, terapis juga bisa memberikan masukan bagi keluarga tentang apa yang harus mereka lakukan untuk membantu pemulihan korban.
(Baca juga: Hal-hal yang Bisa Kita Katakan untuk Membantu Teman yang Punya Pikiran Bunuh Diri)
Selain tiga hal di atas, American Psychological Association (APA), juga menyarankan agar korban enggak terekspos berita di media secara berlebihan.
Jangan mendengarkan, membaca, atau menonton berita tentang penculikan yang menimpanya.
Jika hal-hal tersebut dilakukan, dikhawatirkan dia akan mengalami flashback terhadap kejadian yang menimpanya.
Dia juga enggak perlu memberikan wawancara di media karena akan membuka lagi luka yang sedang berusaha dipulihkan.
Menonton, juga memberikan wawancara di media dapat memancing kecemasan dan kepanikan bagi korban.
Sebagai keluarga atau orang terdekat korban, kita harus sadar bahwa proses pemulihan ini butuh waktu yang lama. Kuncinya adalah kesabaran.
Temani korban agar dia enggak lagi merasa sendiri, sehingga perlahan dia bisa mengembalikan kepercayaan dirinya dan kembali menjalani hidup seperti biasa.
Sumber:
CNN.com; After being kidnapped, the recovery ahead
Owlcation.com; Kidnapping: Overview, Causes, Effects, and Solutions
Psychologytoday.com; Treatments Available to Long Term Abduction Victims
Apa.com; Adjusting to life after being held hostage or kidnapped
Penulis | : | Intan Aprilia |
Editor | : | Intan Aprilia |
KOMENTAR