Presiden Amerika Serikat, Donald Trump menyatakan, negaranya tidak akan menjadi kamp bagi migran ilegal dan pengungsi. Pemerintahan Trump pun menghadapi banyak kritikan akibat kebijakan imigrasinya yang memisahkan anak-anak migram gelap dari orangtua mereka.
Kasus krisis migran ini pun menjadi sorotan publik, bahkan enggak sedikit mengundang komentar dari para publik figure di Amerika Serikat. Sebenarnya seperti apa sih, kronologi kasus ini hingga muncul kebijakan imigrasi Trump? Dan apa pengaruhnya buat warga migran tersebut? Yuk simak penjelasannya berikut.
(Baca juga: Ini Dia Hasil dari Kesepakatan Antara Donald Trump dan Kim Jong Un!)
Pemisahan keluarga untuk pencegahan imigran
Dilansir dari Kompas.com, sejak Oktober 2017 hingga April 2018, sekitar 700 anak dipisahkan dari orangtua mereka dan ditahan selama berminggu-minggu atau dikirim ke pengasuh lain, sebelum akhirnya bersatu kembali. Namun, upaya tersebut ternyata gagal mengurangi jumlah kedatangan warga migran.
Zero Tolerance
Akhirnya Trump memerintahkan tindakan yang lebih keras. Lewat Jaksa Agung Jeff Sessions, diumumkan kebijakan ‘toleransi nol’ atau juga disebut ‘zero tolerance’ pada tanggal 7 Mei 2018.
Pada kebijakan tersebut, siapa saja yang secara ilegal melintasi perbatasan akan ditangkap dengan tuduhan kriminal. Bagi mereka yang datang dengan keluarga, anak-anak akan dipisahkan dari orangtua.
Setelah lima minggu sejak pengumuman tersebut, lebih dari 2.300 anak telah diambil dari orangtua dan kerabat mereka. Padahal, dibutuhkan beberapa hari atau minggu bagi orang dewasa untuk diadili. Sebagian besar migran mengaku bersalah dan akhirnya ditahan.
Mereka kemudian dibebaskan ketika klaim suaka telah ditinjau, tatapi dengan tambahan catatan kriminal.
Perintah eksekutif
Penulis | : | Indra Pramesti |
Editor | : | Indra Pramesti |
KOMENTAR