Kebanyakan dari kita pasti udah enggak asing sama mahkluk mitologi terkenal kayak vampir, werewolf, goblin, phoenix, atau unicorn saking seringnya muncul di berbagai film atau novel.
Tapi kalau diminta menyebutkan nama-nama makhluk mitologi asal Indonesia, kita langsung diam seribu bahasa alias enggak tahu.
Supaya makin kenal sama budaya negara sendiri, cari tahu yuk, kisah 5 makhluk mitologi misterius Indonesia yang dijamin bikin kita merinding ini!
(Baca juga: 5 Tanda Cowok Naksir, tapi Enggak Cewek Sadari, Pernah Sadar?)
Ahool
Berwujud kayak kelelawar raksasa, hewan mitologi ini bertempat tinggal di hutan tropis Jawa.
Kepalanya kayak monyet dengan mata hitam besar, cakar besar, dan bulu warna abu-abu gelap menutupi tubuh.
Bentangan sayapnya bisa mencapai 3 meter, lho! Hewan ini pertama kali dilihat oleh Dr. Ernest Bartels pada tahun 1925 saat sedang menyusuri Gunung Salak. Namanya berasal dari bunyi yang dikeluarkan dan terdengar kayak “ahool”.
Aul
Di Indonesia ternyata juga ada manusia serigala, girls. Tapi namanya bukan werewolf, melainkan Aul.
Dulunya Aul ini adalah manusia biasa yang punya kesaktian bisa menyatukan kembali anggota tubuhnya yang lepas. Suatu hari dia menyuruh orang menebas kepalanya buat menguji kesaktian.
Tapi karena posisi mereka dekat jurang, kepala yang ditebas malah menggelinding jatuh ke jurang dan enggak bisa ditemukan.
Dalam keadaan panik, orang ini menebas kepala serigala yang ada di dekat situ, tapi salah pasang jadi bagian muka menghadap ke belakang.
Makanya Aul dikenal sebagai manusia berkepala serigala terbalik yang sesekali bisa jalan tegak kayak manusia.
Warga di lereng Gunung Slamet sering dibuat resah dengan kehadiran makhluk ini karena banyak hewan ternak mereka mati dalam keadaan isi perut terburai. Soalnya Aul enggak makan daging kambing, tapi cuma jeroannya.
(Baca juga: 3 Seleb Indonesia yang Kuliah di Luar Negeri dan Menetap Di Sana)
Cindaku
Cindaku lebih dikenal sebagai manusia harimau dari Jambi. Menurut legenda penduduk setempat, Cindaku adalah ilmu batin yang diwariskan dari nenek moyang masyarakat Kerinci.
Konon yang bisa berubah jadi Cindaku adalah masyarakat Kerinci murni dan yang punya kemampuan spiritual. Mereka cuma bisa berubah di tanah kelahirannya sendiri dan saat dadanya bersentuhan sama tanah.
Buat warga setempat, hal ini bukan ilmu hitam, tapi ilmu yang diturunkan buat menjaga batas hidup antara manusia dan harimau.
Ebu Gogo
Ebu Gogo adalah makhluk mitologi asal Flores, Nusa Tenggara Timur, yang berwujud kayak peri dengan tinggi sekitar 1 meter.
Menurut cerita warga setempat, makhluk ini berjalan dengan dua kaki kayak kita dan bisa berlari dengan sangat cepat.
Mereka punya hidung yang lebar dan pendek, wajah yang juga lebar dengan mulut besar, telinga menjulur, dan badan dipenuhi bulu.
Selain sering berbisik dalam bahasa mereka sendiri, warga setempat juga cerita kalau Ebu Gogo bisa mengulangi apa yang mereka katakan.
Nama “ebu” dalam bahasa Flores berarti nenek, sementara “gogo” berarti pemakan segala.
Hewan mitologi ini dipercaya udah punah diburu warga setempat karena sering mengambil makanan penduduk secara sembunyi-sembunyi dan suka menculik anak-anak.
(Baca juga: Begini Cara Menggunakan Hair Dryer yang Tepat Sesuai Kebutuan!)
Garuda
Hewan yang jadi simbol negara kita ini adalah makhluk dalam mitologi Hindu, Buddha, dan Mesir Kuno, yang punya tubuh berwarna emas, wajah putih, dan sayap merah.
Dikenal sebagai raja para burung dan tunggangan Dewa Batara Wisnu, Garuda punya paruh dan sayap kayak elang, sementara badannya kayak manusia dengan ukuran yang saking besarnya, bisa sampai menghalangi matahari.
Selain jadi lambang negara Indonesia, hewan ini juga jadi lambang negara Thailand dan dikenal sebagai krut atau pha krut.
Kuda Sembrani
Mirip kayak Pegasus, kuda terbang dari mitologi yunani, Kuda Sembrani juga bisa terbang dan terkenal sangat berani.
Dalam cerita pewayangan, kuda ini jadi tunggangan Dewa Batara Wisnu selain Garuda.
Sementara menurut legenda rakyat Jawa, Kuda Sembrani adalah alat transportasi buat raja, ratu, dan senopati dalam bepergian supaya bisa cepat sampai tujuan.
Lembuswana
Lembuswana adalah hewan mitologi yang dikenal sejak zaman Kerajaan Kutai, bahkan dijadikan lambang dari Kerajaan Kutai sampai berubah jadi Kesultanan Kutai Kartanegara setelah masuknya pengaruh Islam ke Nusantara.
Hewan ini dianggap suci karena jadi kendaraan Dewa Batara Guru.
Dengan semboyan “Tapak Leman Ganggayaksa”, hewan ini berkepala singa, punya mahkota yang melambangkan keperkasaan raja sebagai penguasa dan dewa, berbelalai gajah sebagai lambang Dewa Ganesha (dewa kecerdasan), bersayap garuda, dan bersisik kayak ikan. Wuih, lengkap banget, ya!
Hewan mitologi ini juga dipercaya warga setempat sebagai penunggu Sungai Mahakam dan perwujudan spiritual dari Raja Mulawarman, Raja Kutai pada masa kejayaan Hindu. Sekarang Lembuswana jadi simbol kota Tenggarong, Kutai Kartanegara.
Naga Besukih
Bukan cuma rakyat China atau bangsa Viking yang punya hewan mitologi berupa naga.
Tinggal di bawah kawah Gunung Agung, Bali, Naga Besukih juga muncul dalam legenda asal-usul Selat Bali.
Konon sisiknya bisa rontok dan berubah jadi emas berlian, lho! Naga yang sangat sakti ini cuma bisa dipanggil menggunakan genta pemujaan milik Begawan Sidhimantra.
Orang Bat
Hampir semua penduduk Pulau Seram, Maluku, tahu legenda tentang makhluk yang punya badan kayak manusia dan sayap kayak kelelawar ini.
Orang Bati tinggal di Gunung Kairatu dan dikenal suka menculik anak-anak buat dijadikan makanan.
Penduduk setempat juga sesekali bisa mendengar suara teriakannya. Hiii…
Warak Ngandhog
Dianggap sebagai pemersatu tiga etnis mayoritas di Semarang, hewan ini punya wujud campuran dari kepala naga dari China, badan unta dari Arab, dan empat kaki kambing dari Jawa.
Hewan ini biasanya diarak dalam Festival Kebyaran sebelum memasuki bulan puasa. Badannya yang bersisik, mulut menganga dan bertaring, serta wajah yang seram melambangkan nafsu yang harus dikalahkan dengan puasa.
Nama “warak” berasal dari bahasa Arab “wara’I” yang artinya suci, sementara “ngendok” yang dalam bahasa Jawa berarti bertelur disimbolkan sebagai pahala yang didapatkan setelah berpuasa.
(Indra Pramesti)
KOMENTAR