Self-Diagnosis, Tren yang Populer di Kalangan Anak Muda Karena Film ‘Joker’!

By None, Rabu, 16 Oktober 2019 | 13:48 WIB
Film 'Joker' (foto : cnet.com)

CewekBanget.id – Akhir-akhir ini banyak film baru yang membahas tentang gangguan mental, seperti ‘Joker’ dan ‘Midsommar.’

Film yang model ‘Joker’ ini membuat penontonnya, khususnya anak muda, mulai peduli dengan kesehatan mental merka.

Tapi ternyata film ‘Joker’ juga membuat anak muda menganggap kalau gangguan mental itu adalah sesuatu yang keren. Duh bahaya banget!

Baca Juga: Belajar dari Peristiwa Sulli, Ini 4 Tips Sedehana Menolong Teman yang Depresi!

Bagaimana sih penjelasannya? Yuk kita simak!

Bahaya self-diagnosis

Ilustrasi depresi

Jaman sekarang kita selalu mengandalkan internet dalam setiap kegiatan sehari-hari.

Bahkan kita selalu mencari penjelasan tentang segala hal melalui intenet.

Nah, ada beberapa orang yang merasa mengalami gangguan mental dan enggak bisa bercerita ke orang lain, akhirnya mereka memilih untuk mencari penjelasan di internet.

Kalau sudah memahami penjelasan yang ada di internet, biasanya mereka langsung melakukan self-diagnosis pada gangguan mental yang dirasakan.

Padahal self-diagnosis­ bisa jadi berbahaya karena mereka bisa menyimpulkan sesuatu yang salah untuk kondisi kesehatannya dan mengambil keputusan yang salah juga.

Bisa bergantung pada obat

Ilustrasi depresi

Edo S. Jaya, dosen Fakultas Psikologi di Universitas Indonesia menyebutkan ketika pasiennya melakukan self-diagnosis, pada akhirnya mereka memakai narkotika untuk mengobati diri sendiri.

Pasien yang bergantung pada obat penenang merasa kalau dirinya mengidap stress, padahal hasil pemeriksaan menunjukkan kalau pasiennya memiliki serangan panik.

Serangan panik ini sendiri sebenarnya bisa ditangani dengan terapi psikologis selama satu hingga dua bulan.

Akibat sudah bergantung dengan obat penenang, pasien ini harus ditangani secara medis dan psikologis selama 6 sampai 12 bulan.

Penanganan yang memakan waktu lama dan biaya yang berlipat ganda juga bisa berdampak pada emosional pasien.

Baca Juga: Sebagai Anak, Kita Wajib Tahu 5 Tanda Orangtua Lagi Depresi!

Bisa berdampak ke hal yang lain

Ilustrasi depresi

Pasien Edo yang lainnya ada yang mendiagnosis dirinya sendiri mengalami depresi dan sering melukai diri sendiri, bahkan mencoba bunuh diri.

Padahal setelah melakukan konsultasi, pasien kedua Edo mengidap gangguan kepribadian ambang.

Salah satu konsekuensi dari pasien yang memiliki gangguan ini adalah ketidakstabilan hubungan interpersonal.

Konsekuensi ini bisa menyebabkan pasiennya putus hubungan dengan teman, pacar, dan bahkan keluarga.

Self-diagnosis memerlukan keahlian khusus

Mendiagnosa masalah gangguan mental enggak mudah dan dibutuhkan keahlian khusus lho!

Bahkan ahli psikologis aja juga enggak berani melakukan self-diagnosis kalau merasa ada masalah kesehatan mental.

Kenyataannya, ahli psikologis selalu berkonsultasi pada beberapa rekan psikolognya untuk memastikan diagnosis dan penanganan untuk pasiennya lho!

Di balik tren self-diagnosis

Orang yang mengalami gangguan mental banyak yang enggak mau mengobati diri karena banyak alasan.

Contohnya seperti waktu yang terbatas, biaya yang dikeluarkan besar, minim pengetahuan tentang psikolog yang bisa membantu, dan masih banyak lagi.

Enggak cuma itu, akhir-akhir ini muncul persepsi kalau gangguan mental itu keren dan justru mendorong penderitanya melakukan self-diagnosis.

Baca Juga: Pacar Mengalami Depresi? Ingat Untuk Lakukan 3 Hal Penting Ini!

Efek film Joker

Film 'Joker'

Gangguan mental itu memang enggak menyenangkan dan bisa menghambat potensi.

Self-diagnosis sendiri semakin menjadi tren setelah film ‘Joker’ dirilis.

Dalam film ini, Joker terlihat perkasa dan hebat, namun dibalik semua itu sebenarnya Joker merasa enggak bahagia sama sekali.

Depresi yang diderita Joker membuat banyak anak muda mulai menganggap kalau gangguan mental itu keren.

So girls, sudah tahu kan bahaya dari self-diagnosis?

Kalau kamu merasa memiliki gangguan mental, jangan ragu-ragu untuk segera ke ahlinya ya!

(Beverly Valentina)

(*)