Jaga Jarak Dua Meter Enggak Efektif Cegah Penyebaran Virus, Kenapa?

By Salsabila Putri Pertiwi, Kamis, 10 September 2020 | 21:10 WIB
Ilustrasi naik MRT Jakarta di masa PSBB transisi untuk bersama #HadapiCorona (screenshot booklet MRT Jakarta)

Pemakaian masker di China

Salah satu pesan kunci dari jaga jarak adalah jika berada di luar ruangan, risiko kita terinfeksi virus cenderung lebih rendah, sebab virus akan lebih cepat menghilang, yang artinya tingkat paparan lebih rendah.

Jika kita berada di dalam ruangan dan seseorang batuk, bersin atau bicara, tetesan tersebut akan berada di sana untuk beberapa waktu; enggak peduli di mana pun lokasi kita, kita akan bernapas dengan udara yang mengandung tetesan tersebut, terutama jika ventilasinya buruk.

Sebuah makalah pracetak yang dibuat oleh peneliti asal Jepang menemukan bahwa risiko penularan di dalam ruangan mencapai 18,7 kali lipatnya, namun hasilnya masih perlu dikaji kembali.

Pola aliran udara sangat memengaruhi tingkat penyebaran dan terkadang malah dapat memperburuk keadaan.

Ketika terjadi turbulensi misalnya, partikel virus akan mengelompok dan akan meningkatkan jumlah partikel yang mungkin kita hirup.

Selain beberapa penelitian yang secara khusus menganalisa penyebaran virus di beberapa lokasi di sejumlah negara, pandemi juga dilaporkan banyak terjadi di dalam ruangan, termasuk pusat kebugaran, rumah ibadah, tempat jasa pelayanan, dan lainnya.

Namun, banyak penelitian yang hanya mengamati laju aliran udara rata-rata, bukan fluktuasi pergerakan udara di dalam ruang.

Baca Juga: PSBB Diberlakukan Lagi, Umay Shahab Buka Free Promote di Medsos!

Di Dalam Lift

Sebuah penelitian lain dari para peneliti di University of Minnesota College of Science and Engineering melihat lebih detail bagaimana virus corona menyebar di dalam ruangan ketika dihembuskan oleh orang.

Mereka menganalisa tiga pengaturan khusus, yakni lift, ruang kelas kecil, dan supermarket.