Jaga Jarak Dua Meter Enggak Efektif Cegah Penyebaran Virus, Kenapa?

By Salsabila Putri Pertiwi, Kamis, 10 September 2020 | 21:10 WIB
Ilustrasi naik MRT Jakarta di masa PSBB transisi untuk bersama #HadapiCorona (screenshot booklet MRT Jakarta)

Penelitian tersebut menemukan bahwa ventilasi yang baik dapat menghilangkan beberapa partikel virus dari udara, tetapi banyak yang akan berakhir di permukaan di dalam ruangan.

Jika permukaan tersebut enggak sering dibersihkan, partikel tersebut dapat menempel di seseorang ketika mereka menyentuh permukaan.

Partikel juga bisa tersuspensi kembali di udara dan dihirup.

Dalam beberapa kasus, ventilasi yang buruk dapat menyebabkan 'titik panas' (hot spot) atau lokasi tempat partikel virus berkumpul. 

Beberapa cara memperbaikinya adalah melihat seberapa ramai tempat tersebut, apakah orang-orang yang ada di sana disiplin mengenakan masker, dan bagaimana aliran udaranya.

Untuk menekan tingkat penyebaran, salah satu hal yang bisa dilakukan adalah mempersingkat keberadaan kita di ruangan tersebut.

Baca Juga: Studi: Penularan COVID-19 Justru Lebih Sering Terjadi di Rumah!

Model Jaga Jarak Baru

Para penulis di penelitian BMJ menuliskan saran-saran jaga jarak baru yang dianggap bisa mengurangi risiko-risiko yang mereka temukan.

Risiko paparan sebetulnya bervariasi pada setiap tempat.

Orang-orang bisa saja berada di sebuah tempat selama satu jam atau lebih dan masih berisiko rendah, bahkan jika mereka berteriak atau bernyanyi.

Namun, jika mereka melepas masker, risikonya cenderung lebih tinggi.

"Jika kita memakai masker, aturan jaga jarak dua meter masih sangat efektif. Namun jika tidak, maka kita bisa saja terinfeksi virus dalam jarak dua meter," kata Capecelatro.

Tempat-tempat keramaian atau ruangan tertutup dengan ventilasi buruk juga merupakan contoh ruang dengan kemungkinan risiko lebih tinggi.

Hal terpenting yang perlu diingat adalah, risiko penyebaran sangat bervariasi di setiap pengaturan tempat.

"Aturan umumnya adalah menjaga jarak dari seseorang untuk mengurangi kemungkinan kita menghirup tetesan yang mereka keluarkan," kata Capecelatro.

"Meskipun aturan dua meter sudah kita berlakukan sejak lama, namun setidaknya saat ini kita tahu bahwa di tempat-tempat tertentu kita mungkin harus menjaga jarak lebih dari itu," pungkasnya.

(*)