Kebiasaan Makan Terlalu Cepat Menimbulkan Risiko Bahaya Kesehatan!

By Salsabila Putri Pertiwi, Minggu, 25 Oktober 2020 | 17:00 WIB
Makan di restoran (buckeyevillagemanafield.com)

CewekBanget.ID - Biasanya kita makan dengan tempo agak cepat jika sedang terburu-buru, atau memang telah menjadi kebiasaan.

Tapi tahu enggak girls, ternyata kebiasaan ini bisa meningkatkan risiko berbagai penyakit di masa depan.

Kenapa sih, kita enggak boleh makan cepat dan terburu-buru?

Baca Juga: Dehidrasi dan 5 Penyebab Tetap Merasa Lapar Padahal Sudah Makan

Masalah Akibat Makan Cepat

Ilustrasi makan malam

Sebuah penelitian yang dipublikasikan di Scientific Session American Heart Association pada 2017 menemukan bahwa makan terlalu cepat dapat menyebabkan penambahan berat badan dan memicu masalah pada jantung. 

Penelitian tersebut menemukan bahwa orang yang makan lebih lambat cenderung enggak mengalami obesitas dan cenderung enggak mengembangkan sindrom metabolik atau kombinasi gangguan yang meningkatkan risiko penyakit jantung, diabetes, dan stroke.

Gangguan tersebut antara lain tekanan darah tinggi, gula darah puasa tinggi, hingga kadar kolesterol HDL (kolesterol baik) rendah.

Masing-masing gangguan terbilang berbahaya, namun jika didiagnosa bersama akan mengembangkan masalah kardiovaskular yang semakin tinggi.

Makan lebih pelan mungkin merupakan perubahan gaya hidup yang penting untuk membantu mencegah sindrom metabolik.

Selain itu, orang yang makan cepat cenderung enggak merasa kenyang sehingga cenderung makan berlebih.

Makan cepat juga menyebabkan fluktuasi glukosa yang lebih besar, yang dapat menyebabkan resistensi insulin.

Baca Juga: Jangan Terlambat Makan & 3 Cara Mencegah Berat Badan Bertambah!

Sindrom Metabolik

Sebuah pengamatan terhadap 642 laki-laki dan 441 perempuan dengan usia rata-rata 51,2 tahun menunjukkan, enggak ada di antara mereka yang mengalami sindrom metabolik pada 2008.

Para peserta kemudian dibagi menjadi tiga kelompok sesuai dengan kecepatan makan yang biasa dilakukan, yaitu lambat, normal, atau cepat.

Setelah lima tahun, para peneliti menemukan bahwa 11,6% orang yang makan cepat telah mengembangkan sindrom metabolik, dibandingkan dengan 6,5% orang yang makan normal, dan 2,3% orang yang makan lambat.

Kecepatan makan yang lebih cepat juga dikaitkan dengan bertambahnya berat badan, kadar glukosa darah yang lebih tinggi, dan lingkar pinggang yang lebih besar.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa makan terlalu cepat menyebabkan risiko obesitas yang lebih tinggi di masa mendatang.

Sebagian alasannya tampaknya karena perut enggak punya cukup waktu untuk memberi tahu tubuh bahwa dia sudah terisi.

Pada akhirnya, kita makan lebih banyak dari yang seharusnya.

Anjuran Ahli

Makan roti

Dari sini kita tahu bahwa kesehatan jantung dapat dipengaruhi oleh kecepatan makan kita, di samping obesitas yang memang merupakan faktor risiko masalah jantung.

Di samping memberi anjuran untuk makan secara perlahan, American Heart Association juga merekomendasikan untuk lebih banyak makan biji-bijian, buah-buahan dan sayuran, serta lebih banyak berolahraga, sebagai cara untuk mengurangi risiko pengembangan sindrom metabolik.

Bukan cuma soal makan cepat, tren makanan cepat saji modern juga sangat enggak ideal untuk mendukung kesehatan jantung.

Baca Juga: Makanan yang Harus dan Enggak Boleh Kita Makan Selama Musim Hujan!

Ini mesti menjadi pengingat untuk kita agar tetap memprioritaskan makanan bergizi seimbang.

Penting bagi orang-orang untuk meluangkan waktu memilih pilihan sehat seimbang, daripada mengandalkan makanan siap saji karena pengin praktis.

(*)