Kemudian ada juga yang berujung ghosting karena menghindari konflik.
Manusia secara naluriah bersosialisasi, dan mengganggu hubungan sosial apa pun, baik atau buruk, dapat memengaruhi kualitas hidup; sehingga seseorang yang melakukan ghosting mungkin merasa lebih nyaman jika enggak pernah bertemu dengan orang tertentu daripada menghadapi potensi konflik atau penolakan yang bisa terjadi saat memutuskan relasi.
Ada juga yang ghosting karena kurangnya konsekuensi, sebab jika baru saja bertemu seseorang, kita mungkin merasa enggak ada yang dipertaruhkan, entah karena kita enggak memiliki kesamaan teman atau hal lainnya.
Oleh karena itu, mungkin enggak akan menjadi masalah besar jika kamu keluar begitu saja dari kehidupan orang tersebut.
Selain itu, jika suatu hubungan berdampak negatif pada kualitas hidup kita, memutus kontak dengan orang yang bersangkutan terkadang seperti satu-satunya cara untuk mencari kesejahteraan hidup diri sendiri tanpa harus berpisah.
Skenario Berpotensi Ghosting
Ghosting sendiri bisa terjadi dalam beberapa skenario atau kondisi tertentu.
Misalnya jika kita pernah berkencan dan pasangan kita tiba-tiba menghilang, mungkin itu karena mereka enggak merasakan percikan romantis, terlalu sibuk untuk berkomitmen atau enggak siap untuk langkah selanjutnya.
Tapi enggak hanya pada hubungan asmara, ghosting juga bisa terjadi di lingkungan pertemanan, ketika seorang teman yang sering kita temui atau ajak ngobrol tiba-tiba berhenti merespons, baik melalui pesan singkat atau telepon.
Jika seorang teman memutuskan untuk melakukannya, mungkin ada sesuatu dalam hidupnya yang membuat dia sibuk.
Mungkin juga itu dilakukannya karena ada penjelasan yang terlalu rumit atau menyakitkan untuk disampaikan pada kita tentang mengapa dia enggak ingin lagi berteman dengan kita.