Apa Itu 'Ghosting' yang Populer di Pencarian Google dan Dampaknya?

By Salsabila Putri Pertiwi, Kamis, 10 Desember 2020 | 13:41 WIB
Ilustrasi main HP (Gulali Beku)

Tetap terhubung dengan orang lain sangat penting untuk kelangsungan hidup kita, makanya otak kita berevolusi memiliki sistem pemantauan sosial yang memindai lingkungan untuk mencari isyarat sehingga kita tahu bagaimana menanggapi sebuah situasi sosial.

Isyarat sosial memungkinkan kita untuk mengatur perilaku kita sendiri agar sesuai, tetapi ghosting menghalangi kita dari isyarat-isyarat biasa ini dan dapat menciptakan perasaan disregulasi emosional yang membuat kita merasa tidak terkendali.

Salah satu aspek ghosting yang paling berbahaya adalah bahwa hal itu enggak hanya menyebabkan kita mempertanyakan validitas hubungan yang kita miliki, tetapi juga menyebabkan kita mempertanyakan diri sendiri.

Mempertanyakan diri sendiri adalah sistem psikologis dasar yang ada dalam diri seseorang untuk memantau status sosialnya dan menyampaikan kembali informasi itu melalui harga diri dan kepercayaan diri.

Ketika penolakan terjadi, kita bisa merasa harga diri kita turun, yang menurut para psikolog sosial dapat menjadi sinyal bahwa rasa memiliki kita rendah.

Jika terlalu sering di-ghosting atau jika harga diri kita sudah rendah, kita akan cenderung lebih sakit ketika mengalami penolakan dan mungkin kita perlu waktu lebih lama untuk meredakan rasa sakitnya.

Sebab, seseorang dengan harga diri rendah memiliki lebih sedikit opioid atau penghilang rasa sakit alami yang dilepaskan ke otak setelah mengalami penolakan dibandingkan dengan orang-orang yang harga dirinya lebih tinggi.

Ghosting adalah langkah akhir dari sebuah silent treatment, taktik yang sering dipandang oleh para profesional kesehatan mental sebagai bentuk kekejaman emosional.

Pada dasarnya, perlakuan tersebut akan membuat seseorang merasa dirinya enggak berdaya dan enggak memiliki kesempatan untuk bertanya atau mendapatkan informasi yang dapat membantunya memproses pengalaman tersrbut secara emosional.

Kondisi itu dapat menghalangi kita untuk mengekspresikan emosi dan merasa didengarkan, dua hal penting untuk menjaga harga diri.

Terlepas dari apapun maksud seseorang melakukan ghosting terhadap kita, itu adalah taktik interpersonal pasif-agresif yang dapat meninggalkan luka psikologis. 

Baca Juga: 6 Alasan Gebetan atau Pacar Lakukan 'Ghosting' Alias Hilang Tanpa Kabar. Sosmed Kita Penyebabnya!

Move On Setelah Di-Ghosting

Cara agar bisa move on setelah menjadi korban ghosting bisa berbeda-beda bagi setiap orang, dan bagaimana seseorang move on berdasarkan kasusnya, entah itu dilakukan oleh pacar, teman, atau rekan kerja.

Namun, ada beberapa cara yang bisa kita coba lakukan jika menjadi korban ghosting, misalnya dengan mengatur batasan terlebih dahulu mengenai status dan frekuensi hubungan kita dengan orang lain.

Kemudian yang terpenting, jangan menyalahkan diri sendiri karena kita enggak punya bukti atau konteks untuk menyimpulkan mengapa orang lain meninggalkan hubungan yang dijalaninya bersama kita.

Jangan pula mematikan rasa sakit yang kamu rasakan dengan obat-obatan, alkohol, atau minuman keras lainnya, ya, sebab 'pemulihan' yang kita rasakan itu bersifat sementara.

Cobalah mencari penghiburan dengan bersama orang-orang yang kita cintai dan percaya, misalnya teman atau keluarga, sebab memiliki hubungan yang positif dan sehat dapat menempatkan situasi ghosting ke dalam perspektif yang enggak merusak emosional.

Terakhir, enggak perlu ragu atau takut mencari bantuan profesional untuk membantu mengatasi perasaan kompleks yang kita alami akibat menjadi korban ghosting, karena mereka juga bisa memberi kita strategi lebih jauh untuk memastikan kita menjadi seseorang yang lebih kuat daripada sebelumnya.

(*)