Apa Itu 'Ghosting' yang Populer di Pencarian Google dan Dampaknya?

By Salsabila Putri Pertiwi, Kamis, 10 Desember 2020 | 13:41 WIB
Ilustrasi main HP (Gulali Beku)

Ghosting juga bisa terjadi di lingkungan kerja, terutama lebih sering terlihat ketika seseorang keluar dari perusahaan.

Jika kita terbiasa berbincang dengan orang tersebut di kantor atau sepulang kerja, bagi sebagian orang mungkin terlalu sulit untuk mempertahankan persahabatannya dengan mantan rekan kerja sambil mencoba menyesuaikan diri dengan yang baru.

Ini juga bisa saja terjadi ketika rekan kerja berganti posisi atau menerima promosi. 

Baca Juga: 4 Cara Jitu Buat Hadapi Gebetan yang Suka 'Ghosting' alias Tiba-Tiba Hilang!

Dampak Psikologis

Menurut Psychology Today, dalam budaya kencan saat ini, sekitar 50% cowok dan cewek menjadi korban ghosting, dan angkanya hampir sama untuk orang yang melakukan ghosting.

Meski fenomena ini umum terjadi, namun ghosting bisa memberi dampak emosional yang menghancurkan, terutama bagi orang-orang yang memiliki harga diri yang rapuh.

Kenapa ya, menjadi korban ghosting dapat menimbulkan rasa enggak nyaman?

Rupanya sebuah penolakan sosial dapat mengaktifkan jalur rasa sakit yang sama di otak, seperti bagaimana otak memunculkan rasa sakit fisik.

Faktanya, kita dapat mengurangi rasa sakit emosional karena penolakan dengan obat penghilang rasa sakit seperti Tylenol.

Namun, selain hubungan biologis antara penolakan dan rasa sakit, ada beberapa dampak lainnya yang berkontribusi terhadap tekanan psikologis, misalnya banyak orang merasa enggak mendapatkan petunjuk tentang bagaimana harus bereaksi ketika mengalaminya dan menimbulkan skenario akhir yang ambigu.

Kita cenderung enggak tahu bagaimana harus bereaksi karena kita enggak benar-benar tahu apa yang terjadi.