Membuat jurnal membangun sebuah ketahanan, sehingga ketika kita melihat ke belakang, kita mungkin jadi menyadari betapa kita masih bisa sampai di sini setelah berbagai kesulitan yang mesti kita lewati.
Satu studi yang dimuat dalam jurnal Psychophysiology menemukan, di saat seseorang yang punya kekhawatiran menuliskan isi pikirannya, maka kecemasan tersebut akan berkurang.
Studi ini menunjukkan bagaimana mengeluarkan kekhawatiran, dari pikiran ke sebuah tulisan, dapat membantu kita memproses peristiwa kehidupan.
Baca Juga: COVID-19 Rentan Menular di Rumah, Bagaimana Cara Mencegahnya?
Saat kita fokus terlalu jauh ke depan, kita cenderung merasa cemas dan saat kita fokus pada masa lalu, kita cenderung merasa depresi.
Makanya, membuat jurnal akan membantu kita tetap berada di masa kini.
Cara Tepat Menyusun Jurnal
Sebelum membuat jurnal, ketahuilah bahwa enggak ada cara yang benar-benar tepat untuk melakukannya.
Proses pembuatan jurnal membantu orang menyadari bahwa sesuatu yang 'cukup baik' adalah hal yang lebih dari cukup.
Bahkan, bagi orang-orang yang menderita disleksia, keterbatasan fisik, atau enggak suka menulis, membuat jurnal menggunakan aplikasi di ponsel juga bisa membantu mengungkapkan isi pikirannya.
Nah, inti dari menulis jurnal adalah bagaimana kita melihat apa yang terjadi di masa lalu, sama dengan kita membaca cerita orang lain.
Saat kita membaca buku tentang orang lain, kita lebih mampu membuat penilaian tentang apa yang seharusnya enggak mereka lakukan.