Mau Mulai Gaya Hidup Ramah Lingkungan Tahun 2021? Ini Cara Mudahnya!

By Salsabila Putri Pertiwi, Senin, 11 Januari 2021 | 18:05 WIB
Ilustrasi belanja (travelzoo.com)

CewekBanget.ID - Dengan situasi seperti saat ini, rasanya kita enggan membuat resolusi yang terlalu muluk-muluk untuk dicapai di tahun 2021.

Sebetulnya hal seperti mengubah gaya hidup jadi lebih sehat demi diri sendiri dan lingkungan bisa banget kita jadikan resolusi tahun baru, lho.

Percaya atau enggak, menjaga kelestarian alam adalah salah satu solusi guna menghalau krisis iklim dan mencegah munculnya virus-virus baru, agar enggak terjadi fenomena seperti COVID-19 yang juga berkaitan dengan masalah ekosistem.

Jangan khawatir! Menjaga lingkungan bukan hanya membersihkan sampah di pantai atau menanam pohon di hutan.

Ada banyak cara yang bisa kita lakukan dan dapat dimulai dari rumah.

Baca Juga: Ramah Lingkungan, Ini 3 Rekomendasi Pembalut Kain yang Bisa Kita Coba!

Praktik Ramah Lingkungan

Sampah plastik mengancam kelestarian lingkungan dan kesehatan manusia, jadi memperketat pemakaian plastik menjadi keharusan.

Cobalah menggunakan peralatan dengan bahan ramah lingkungan yang bisa digunakan berkali-kali dan dapat didaur ulang.

Selain itu, menghemat listrik juga cara lain melindungi lingkungan, sebab sebagian besar sumber energi listrik saat ini masih berasal dari bahan bakar fosil.

Sebagai gantinya, kita bisa mencoba memilih lampu LED, saklar pintar, hingga mengurangi mencuci pakaian terlalu sering karena 82% penggunaan listrik digunakan untuk garmen, seperti mencuci dan mengeringkan.

Bukan cuma menghemat listrik, untuk menjaga lingkungan kita juga harus meminimalkan membuang limbah elektronik, sebab sampah elektronik adalah salah satu bahan yang berbahaya bagi lingkungan.

Apa lagi beberapa materialnya berasal dari mineral di dalam bumi, yang untuk mengambilnya kadang harus dilakukan dengan merusak lingkungan.

Pemilihan penggunaan transportasi juga sangat penting, karena emisi kendaraan bermotor merupakan salah satu penyuplai gas rumah kaca (GRK) terbesar dengan berbagai gas yang memicu efek rumah kaca sehingga mengakibatkan perubahan iklim.

Untuk itu, kurangi penggunaan kendaraan pribadi dengan memakai transportasi umum, bersepeda, hingga berjalan kaki.

Bersihkan Dapur

Bersih-bersih di sini bukan berarti menyapu atau mengepel, ya! Namun mengatur sampah makanan atau food waste, sebab hampir setengah dari produksi sampah manusia adalah sampah makanan.

Padahal, sampah makanan yang terbuang dan terurai di tanah akan melepaskan gas metana, salah satu komponen gas rumah kaca yang 86 kali lebih kuat daripada karbon dioksida.

Sebagai solusi, perlakukanlah sampah makanan sebagai bahan; misalnya aquafaba (air kental dari rebusan atau rendaman kacang-kacangan) bisa menjadi moyonaise vegan, biji labu madu bisa digoreng jadi camilan, atau potongan batang zukini bisa dijadikan pasta.

Selain itu, belanjalah di tempat terdekat dan sesedikit mungkin, karena membeli bahan makanan yang sedikit bisa mengurangi pembuangan makanan yang mulai membusuk, sedangkan belanja di tempat terdekat dapat meminimalkan rantai pasok makanan.

Untuk sampah makanan yang tersisa, lakukanlah pengomposan.

Hal ini penting agar sisa makanan enggak terbawa ke tempat pemrosesan akhir (TPA) dan hasilnya bisa dipakai untuk menyuburkan tanah.

Baca Juga: Sederhana Saja! Gaya Hidup Minimalis Bisa Dimulai dari Lemari Pakaian!

Memilih Makanan

Daging merah

Seperti diketahui, makanan adalah salah satu penyumbang GRK terbesar, sebab sampah organik yang mengalami pembusukan akan mengeluarkan gas metana. 

Untuk itu, pilihlah pola makan yang bisa mengurangi langsung perubahan iklim, salah satunya adalah menerapkan diet daging merah.

Industri peternakan sapi diketahui memiliki proses operasional yang panjang, mulai dari menyediakan pakan, seperti jagung dan air hingga proses pengiriman.

Akibatnya, butuh usaha besar dalam setiap peternakan sapi.

Hampir 30% lahan di bumi digunakan untuk peternakan; selain itu, hasil pertanian untuk peternakan juga dilakukan dengan cara membabat hutan.

Masalahnya, enggak seperti ayam atau babi, sapi merah membutuhkan lebih banyak lahan, baik untuk kandang maupun penyiapan pakan.

Selain itu, sapi juga merupakan hewan yang mengeluarkan gas metana cukup besar dari kotorannya.

Bahkan, gas metana yang dihasilkan sapi hampir menyumbang 10 persen GRK di atmosfer. 

Sebagai gantinya, cobalah untuk mengonsumsi buah-buahan, sayuran, dan makanan laut dari produksi lokal.

Memilih produksi lokal dapat menghemat rantai operasional, seperti pengiriman dan pengemasan sehingga lebih ramah lingkungan.

Baca Juga: Stop Gaya Hidup Konsumtif dengan Melakukan 9 Hal Berikut Ini!

Pakai Baju Bekas

Proses pembuatan baju yang begitu panjang dengan berbagai campuran bahan kimia tentu berdampak pada lingkungan.

Untuk mengatasinya, cobalah menahan diri untuk enggak membeli baju baru dengan memperbaiki baju lama atau membeli baju bekas.

Meski begitu, bukan berarti harus terus mengenakan pakaian butut, lho! Ada banyak komunitas dan berbagai macam toko yang menjual pakaian bekas vintage (gaya era lama) dengan harga terjangkau dan tetap bergaya. 

Bila perlu, gunakan pula jasa rental baju untuk pakaian yang digunakan dalam acara-acara tertentu atau sekali pakai.

Kemudian, berbelanja langsung juga lebih diutamakan ketimbang secara online, sebab pakaian yang dikirim dari tempat yang jauh tentu akan meninggalkan banyak jejak karbon.

(*)