CewekBanget.ID - Program vaksinasi COVID-19 telah dimulai sejak beberapa figur seperti Presiden Republik Indonesia Joko Widodo dan para petinggi negara mendapat suntikan vaksin pertama.
Enggak terkecuali, seleb Indonesia Raffi Ahmad yang mendapat vaksin karena dianggap dirinya adalah sosok tepat sebagai perwakilan milenial.
Sayangnya, sebagian masyarakat menganggap situasi akan menjadi lebih aman karena kehadiran vaksinasi.
Enggak bisa dipungkiri masyarakat jadi abai terhadap protokol kesehatan. Bahkan sudah PSBB Jawa - Bali juga seolah diabaikan karena banyak yang nongkrong dan berkumpul.
Nah, tapi sebetulnya kumpul-kumpul atau nongkrong setelah divaksin itu diperbolehkan enggak, sih?
Baca Juga: Raffi Ahmad Beri Klarifikasi dan Permintaan Maaf Usai Ramai Dirinya Hadiri Pesta Setelah Divaksin
Keadaan Belum Berubah
Para pakar mengingatkan bahwa ketika sebagian orang divaksin dan banyak orang lainnya belum mendapatkan vaksinasi, keadaan belum banyak berubah.
Artinya, kita tentu enggak dianjurkan untuk kumpul-kumpul meski sudah divaksin atau pun melonggarkan protokol kesehatan lainnya, seperti memakai masker dan mencuci tangan, demi kesehatan diri sendiri dan orang lain.
Para ilmuwan kini masih meneliti apakah orang yang sudah divaksinasi masih dapat menyebarkan virus kepada orang lain atau enggak.
Meski data awalnya menjanjikan, namun vaksin juga enggak bisa sepenuhnya mencegah penularan.
Vaksin Enggak Memberikan Kekebalan Instan
Perlu diketahui dan diingat bahwa vaksinasi enggak memberikan kekebalan instan.
Vaksin Pfizer/BioNTech dan Moderna, misalnya, membutuhkan dua dosis yang diberikan dalam jangka waktu dua pekan.
Begitu pula dengan Sinovac, vaksin yang telah didistribusikan di Indonesia sekaligus disuntikan untuk Presiden Jokowi, yang juga diberikan dalam dua dosis.
Bergantung pada vaksinnya, diperlukan waktu 4-6 minggu dari pemberian dosis awal untuk mencapai tingkat kekebalan dan perlindungan yang sebanding dengan yang ada dalam uji klinis.
Selama periode tersebut, seseorang yang divaksin masih mungkin tertular infeksi dan jatuh sakit.
Sementara itu, efektivitas perlindungan vaksin enggak terbentuk secara instan.
Efek perlindungan vaksin mungkin memakan waktu seenggaknya satu bulan atau sedikit lebih lama.
Baca Juga: 5 Fakta Vaksin Sinovac yang Disuntikan pada Presiden Jokowi Hari Ini
Belum Tentu Enggak Menularkan
Fyi, para ilmuwan belum menemukan jawaban yang pasti untuk pertanyaan ini.
Mereka masih mengumpulkan data karena mereka masih lebih berfokus pada efektivitas vaksin.
Namun menurut para ahli kesehatan masyarakat, kurangnya pengetahuan tentang hal ini seharusnya membuat masyarakat bertindak seolah kondisinya adalah 'bisa menular'.
Para ahli perlu lebih memahami tentang perlindungan yang dapat diberikan vaksin COVID-19 sebelum memutuskan untuk mengubah rekomendasi tentang langkah-langkah yang harus diambil setiap orang untuk memperlambat penyebaran virus yang menyebabkan COVID-19.
Katakanlah kita telah divaksinasi dan kemudian terinfeksi, kecil kemungkinannya akan mengembangkan gejala ketika kita sudah divaksinasi.
Meski begitu, sistem kekebalan tubuh kita mungkin enggak mampu sepenuhnya melawan virus tersebut sehingga memungkinkan beberapa virus masih bertahan hidup dan berkembang biak di dalam tubuh, sehingga virus bisa keluar ketika kita bersin, batuk, atau bernapas.
Namun, belum ada yang bisa memastikan apakah jika itu terjadi cukup sering, kita dapat membuat orang lain sakit akibat virus yang kita keluarkan.
Baca Juga: Kenali Perbedaan Vaksin Sinovac dengan 6 Vaksin COVID-19 Lainnya!
Batas Herd Immunity Masih Belum Jelas
Ingat! Jangan mengabaikan protokol kesehatan meskipun sudah divaksinasi.
Protokol kesehatan yang dimaksud termasuk memakai masker, menjaga jarak, menghindari kumpul-kumpul, melakukan aktivitas di luar rumah, hingga rutin mencuci tangan.
Sebab, meskipun angka herd immunity atau kekebalan komunitas nantinya sudah tercapai, kita masih belum tahu pasti seberapa efektif vaksin COVID-19 ini.
Meskipun jika sudah sekitar 90% populasi divaksinasi, kita mungkin tentunya bisa sedikit lebih percaya diri.
Meski begitu, kita enggak tahu apakah vaksin itu efektif untuk diri kita, sebab bahkan pada tingkat keberhasilan 90-95% sekalipun, masih ada sekitar 5-10% orang yang divaksinasi masih mungkin tertular virus.
Imunitas bukanlah sakelar yang bisa dihidupkan dan dimatikan; jika kekebalan masih di bawah ambang batas herd immunity, virus masih bisa dengan mudah beredar di populasi dan selalu ada kemungkinan vaksin enggak berhasil untuk diri kita.
Meski begitu, menurut CDC, ambang batas herd immunity tersebut masih belum ditetapkan.
Durasi Kekebalan Tubuh Belum Diketahui
Kekebalan dari vaksin COVID-19 buatan Moderna Inc, misalnya, diyakini bisa bertahan setidaknya satu tahun.
Namun, belum ada penjelasan yang pasti tentang berapa lama vaksin COVID-19 dapat memberikan kekebalan pada orang yang sudah divaksin.
Selain karena virus tersebut masih sangat baru, adanya mutasi virus membuat para peneliti seluruh dunia masih terus mengumpulkan data tentang COVID-19.
Salah satu contohnya, vaksin flu diharapkan dapat diberikan satu tahun sekali; mungkin saja COVID-19 diminta satu tahun sekali booster.
(*)
Baca Juga: Tampil Elegan Saat Kondangan, Ini 4 Gaya Rambut Marsha Aruan yang Bisa Jadi Inspirasi!