5D Cegah Pelecehan Seksual di Ruang Publik. Stop Jadi Bystander Pasif!

By Salsabila Putri Pertiwi, Senin, 8 Maret 2021 | 16:55 WIB
Pelecehan Seksual ()

Jadi Bystander Aktif dengan 5D

Cinta Laura, sebagai Spokesperson L'Oréal Paris Indonesia, mengajak masyarakat Indonesia untuk Stand Up dan mengikuti pelatihan 5D untuk melawan pelecehan seksual di ruang publik.

Fyi, sebetulnya korban pelecehan seksual sudah cukup menanggung beban psikologis seperti syok, trauma, dan rasa malu akibat tindak pelecehan yang ditujukan kepadanya.

Maka dari itu, akan lebih baik jika pencegahan pelecehan seksual enggak selalu dibebankan kepada korban, misalnya dengan mempersenjatai korban untuk berjaga-jaga akan kemungkinan terburuk atau menyuruhnya untuk senantiasa waspada.

Kita juga bisa menjadi bystander aktif dan mengintervensi pelecehan seksual demi menyelamatkan korban.

“Seringkali ketika kita menjadi saksi insiden pelecehan seksual di ruang publik, kita berpikir bahwa kita tidak dapat membantu," kata Anindya Restuviani, Site Leader dan Co-Director Hollaback! Jakarta dalam acara yang sama.

"Untuk persepsi seperti inilah Training 5D hadir sebagai solusi, sebuah metode intervensi yang telah diakui oleh sejumlah ahli sebagai solusi aman, praktis dan efektif untuk diimplementasikan baik bagi saksi maupun korban pelecehan seksual," lanjut Vivi.

Apa saja sih, metode 5D yang penting kita ingat sebagai bystander aksi kekerasan dan pelecehan seksual di ruang publik?

Baca Juga: Wajib Tahu! 4 Fitur di Aplikasi Gojek Ini Bisa Cegah Pelecehan Seksual

Dialihkan

Metode pertama yang bisa kita lakukan untuk mengintervensi pelecehan seksual di ruang publik adalah dengan mengalihkan perhatian pelaku.

Contohnya dengan menghampiri pelaku dan menanyakan arah, atau mengajak korban mengobrol seakan-akan kita saling kenal.

Dengan demikian, pelaku enggak akan mengganggu korban atau menyadari kalau korban enggak sendiri.

Dilaporkan

Kalau kita merasa ada tindak pelecehan seksual di sekitar kita tapi ragu untuk memastikan kebenarannya, kita bisa melaporkan kejadian itu ke orang lain.

Bisa saja kita meminta pihak berwajib yang ada di sana untuk mengecek situasi antara korban dan pelaku.

Kalau enggak, sampaikan kecurigaan kita kepada orang lain yang sedang berada di dekat kita dan mungkin kita bisa mengintervensi pelecehan seksual setelah itu bersama orang tersebut.

Baca Juga: Bisa Terjadi Pada Siapa Saja, Yuk Lebih Aware Pelecehan Seksual!

Dokumentasikan

Metode yang satu ini termasuk yang paling sering dilakukan saat terjadi pelecehan seksual, tapi sekaligus juga cukup tricky.

Pasalnya, selain berkutat dengan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE), kita juga harus memastikan dokumentasi yang telah kita ambil mendapat persetujuan atau consent dari korban sebelum disebarkan.

Tanpanya, kita justru memperburuk situasi dan menambah beban psikologis pada korban karena dapat mengundang komentar yang enggak diinginkan hingga victim blaming