Jelang Ulang Tahun Jakarta, Ini Sejarah Namanya yang Paling Dikenal!

By Salsabila Putri Pertiwi, Jumat, 7 Mei 2021 | 17:20 WIB
Kawasan wisata Kota Tua, Jakbar. (octa saputra/Otofemale.id)

CewekBanget.ID - Jakarta berulang tahun pada tanggal 22 Juni 1527; tanggal tersebut dicetuskan sebagai peringatan hari jadi ibu kota Indonesia ini sejak tahun 1956.

Tahun ini, Jakarta memasuki ulang tahun ke-494, lho!

Sebelum hingga setelah tanggal ulang tahun tersebut ditetapkan, sebetulnya Jakarta telah mengalami berbagai perubahan nama seiring pergantian sejarah.

Sudah tahu nama-nama apa saja yang paling dikenal saat digunakan Jakarta sejak jauh hari, sebelum penetapan 22 Juni sebagai tanggal ulang tahunnya? Kepoin sejarah pergantian nama daerah ibu kota Republik Indonesia ini sejak zaman kerajaan, pendudukan Belanda dan Jepang, hingga kemerdekaan Indonesia yuk!

Baca Juga: Rayakan HUT Jakarta dengan Tur Virtual untuk #WaktuBerkualitas, Yuk!

Sunda Kelapa

Pelabuhan Sunda Kelapa.

Jakarta pertama kali dikenal sebagai kota pelabuhan dengan nama Sunda Kalapa atau Sunda Kelapa sekitar abad ke-10.

Keberadaan Sunda Kelapa sendiri disinyalir telah ada sejak abad ke-5, ketika berada di bawah Kerajaan Tarumanegara, berdasarkan Prasasti Kebon Kopi tahun 942 Masehi.

Dilansir dari Wikipedia, Sunda Kelapa atau kerap disebut Kalapa dalam sumber teks dari Portugis, dianggap pelabuhan paling penting karena jaraknya termasuk paling dekat dari ibu kota kerajaan dibanding pelabuhan lain seperti pelabuhan Banten, Pontang, Cigede, Tamgara, dan Cimanuk.

Pada abad ke-12, pelabuhan ini dikenal sebagai pelabuhan lada yang sibuk dan kerap disambangi kapal-kapal asing dari Tiongkok, Jepang, India Selatan, dan Timur Tengah.

Kapal-kapal yang berlabuh di pelabuhan ini membawa barang-barang seperti porselen, kopi, sutra, kain, wangi-wangian, dan sebagainya untuk ditukar dengan rempah-rempah sebagai alat tukar dagang saat itu.

Baca Juga: Ulang Tahun ke-493, Kepoin 13 Nama yang Pernah Disandang Jakarta, Yuk! (Part 1)

Jayakarta 

Sunda Kelapa pun berganti nama menjadi Jayakarta setelah diserang dan diduduki oleh Cirebon, yang dibantu oleh Demak dan dipimpin oleh Fatahillah pada 22 Juni 1527.

Tanggal tersebut pun diperingati sebagai hari jadi Jakarta pada tahun 1956 oleh Sudiro, Wali Kota Jakarta saat itu.

Nama Jayakarta yang ditetapkan oleh Fatahillah diambil dari 2 kata dalam Bahasa Sanskerta, yaitu 'jaya' yang berarti 'kemenangan' dan 'karta' yang berarti 'dicapai', jadi 'Jayakarta' kira-kira berarti 'kemenangan yang selesai'.

Sementara itu, orang Barat yang singgah di sana lebih sering menyebut Jayakarta sebagai Jacatra dan orang Belanda masih menggunakan istilah tersebut hingga tahun 1619.

 

Batavia

Fyi, pada abad ke-17, Indonesia berada di bawah kekuasaan Kongsi Dagang Hindia Timur (VOC).

Dilansir dari Kompas.com, salah satu direktur utama VOC, Gubernur Jenderal Jan Pietezoon Coen mendirikan sebuah benteng di dekat muara Sungai Ciliwung pada tahun 1617.

Ketika Inggris datang dan menyerang Indonesia pada 1618, Coen pergi ke Banda, Maluku untuk mencari bantuan; sementara anak buahnya bertahan di sekitar wilayah Sungai Ciliwung atau saat ini diketahui sebagai Jakarta untuk menahan serangan Inggris.

Saat itu Inggris bersekutu dengan Adipati Kota Jayakarta, Pangeran Jayawikarta, tapi keduanya sama-sama hendak menguasai benteng yang didirikan Coen pada saat itu, seperti dilansir dari tulisan Bernard H.M. Vlekke dalam Nusantara: Sejarah Indonesia.

Akibat hal tersebut, wilayah Jayakarta pun direbut oleh Kesultanan Banten dan Pangeran Jayawikarta diusir, sementara pasukan Inggris mundur kembali ke Pelabuhan Banten.

Kemudian benteng tanpa nama yang didirikan Coen itu pun ditemukan oleh pasukan Kesultanan Banten; dalam pertemuan antara Belanda dan perwira Kesultanan Banten pada 12 Maret 1619, semua pun memutuskan benteng tersebut diberi nama 'Batavia'.

Nama tersebut juga merupakan julukan bagi Belanda pada zaman kuno.

Namun pada 28 Mei 1619, Coen kembali dengan membawa 1000 pasukan dari Banda dan akhirnya berhasil menaklukkan Kota Jayakarta setelah menyerang pasukan Kesultanan Banten.

Coen sempat menolak penamaan bentengnya sebagai Batavia dan memilih untuk menggunakan nama Jacatra, meski pada tahun 1621 dewan pimpinan VOC yang disebut Heren Zeventien menuntut Coen untuk tetap menggunakan nama Batavia.

Baca Juga: Ulang Tahun ke-493, Kepoin 13 Nama yang Pernah Disandang Jakarta! (Part 2)

Jakarta

Monas, salah satu ikon Jakarta

Ketika Jepang menduduki Indonesia pada 1942 dan menyingkirkan Belanda dari negara ini, pemerintahan mereka pun memutuskan mengganti segala hal yang berbau Belanda.

Hal ini termasuk mengganti nama Kota Batavia menjadi Jakarta.

Pada 1959, Jakarta yang semula masih merupakan bagian dari Jawa Barat mengalami perubahan status menjadi Daerah Tingkat Satu, lalu naik lagi pada 1961 sebagai Daerah Khusus Ibukota (DKI).

Nah, sekarang sudah enggak kepo lagi dengan sejarah nama-nama yang pernah digunakan oleh DKI Jakarta kan, girls?

 

(*)