Bangun Tidur Malah Merasa Capek? Ini Penyebabnya dan Cara Mengatasinya

By None, Rabu, 12 Mei 2021 | 10:50 WIB
Ilustrasi bangun tidur merasa lelah (theriseandshine.com)

CewekBanget.ID - Tidur memang cara yang paling ampuh untuk mengatasi kecapekan, karena seluruh tubuh kita memang benar-benar beristirahat.

Makanya enggak heran kita merasa segar dan bertenaga lagi sehabis tidur.

Namun kalau bangun tidur malah membuat kita jadi lemas, lelah, dan capek, tandanya ada yang salah dengan tubuh kita, lho!

Yuk cari tahu penyebab bangun tidur malah merasa capek dan cara tepat mengatasinya, seperti yang dilansir via Kompas.com

Baca Juga: Bangun Pagi Dapat Mengurangi Risiko Depresi dan 4 Hal Ini Lho!

Inersia tidur

Pada beberapa kasus, rasa puyeng atau kelelahan saat bangun tidur di pagi hari terbilang lumrah.

Kondisi ini merupakan bagian normal dari proses bangun tidur. Sebab, otak biasanya enggak langsung “bangun” setelah tidur.

Otak membutuhkan transisi secara bertahap untuk masuk ke mode “terjaga”.

Selama masa transisi ini, kita mungkin merasa pusing atau bingung.

Jika kita enggak hati-hati, kita dapat dengan mudah tertidur kembali.

Inersia tidur ini memperlambat keterampilan motorik dan kognitif, makanya terkadang kita merasa enggak bisa melakukan apa pun segera setelah bangun.

Inersia tidur dapat berlangsung dari beberapa menit hingga lebih dari satu jam, meskipun biasanya membaik dalam 15 hingga 60 menit.

Ada beberapa hal yang bisa memicu inersia tidur, seperti:

Inersia tidur juga dapat diperburuk oleh gangguan tidur akibat kerja shift, sleep apnea obstruktif, dan beberapa jenis gangguan tidur ritme sirkadian.

Walaupun inersia tidur adalah bagian alami dari bangun tidur, tapi kita pada dasarnya dapat membatasi efeknya dengan melakukan beberapa hal berikut:

Kalau gejala inersia tidur berlanjut, sebaiknya segera temui dokter untuk mencari tahu penyebab masalah dan membantu mengatasinya.

Paparan sinar biru

Sinar biru (blue light) adalah pencahayaan buatan yang memancarkan panjang gelombang biru.

Selama siang hari, paparan sinar biru dapat meningkatkan kewaspadaan dan suasana hati.

Tapi ini mungkin bukanlah getaran yang kita inginkan ketika akan pergi tidur.

Paparan sinar biru bisa menekan sekresi melatonin, hormon yang membantu mengatur ritme sirkadian tubuh (siklus bangun-tidur), sehingga mempersulit kita untuk mendapatkan tidur yang berkualitas dan membuat kita merasa lelah keesokan harinya.

Untuk mengurangi dampak sinar biru pada tidur, kita bisa melakukan beberapa hal ini:

Baca Juga: Kepribadian Bisa Dilihat dari Jam Tidur? Hmm Coba Yuk Dicek!

Lingkungan tidur yang buruk

Lingkungan tidur yang buruk dapat berdampak besar pada kualitas tidur.

 

Misalnya masalah kasur yang buruk, sehingga kita jadi pegal-pegal saat bangun tidur. Makanya sebaiknya kita pilih kasur yang enggak terlalu empuk ataupun terlalu keras.

Jangan lupa juga untuk mengganti kasur yang lama, karena kasur lama sudah penuh kotoran yang bisa mengganggu kualitas tidur kita. Setidaknya ganti kasur tiap 10 tahun sekali, ya.

Selain itu, perhatikan juga suhu kamar.

Makin panas suhu kamar, makin sulit kita buat tertidur nyenyak, karena gelisah. Jadi, lebih baik tidur di kamar dengan suhu yang adem, ya.

Jangan lupa juga sebaiknya tidur di kamar yang sepi dan gelap, sehingga kualitas tidur makin terjaga.

Kebiasaan makan dan minum

Apa yang Anda konsumsi sebelum tidur dapat membuat kita terjaga di malam hari dan membuat kita merasa lelah di pagi hari.

Contohnya seperti kafein, stimulan alami yang meningkatkan kewaspadaan, sehingga kita malah jadi sulit tidur di malam hari, kurang tidur, dan merasa lelah ketika terbangun di pagi hari.

Kafein bukan cuma dari kopi atau teh, melainkan juga dari coklat, soda, hingga bubble tea, lho!

Selain kafein, minuman beralkohol yang diminum dalam jumlah super banyak juga bikin kita enggak bakal bisa tidur nyenyak.

Selain itu, pastikan juga kita enggak minum terlalu banyak sebelum tidur, biar enggak perlu buang air dan malah mengganggu siklus tidur kita.

Gangguan tidur

Jika poin di atas enggak ada yang bisa membantu mengatasi rasa pening dan lelah di pagi hari, mungkin kita mengalami gangguan tidur yang enggak terdiagnosis.

Gangguan tidur memerlukan diagnosis dan perawatan oleh dokter. Jadi jangan ragu untuk segera menemui dokter, ya.

Berikut ini beberapa kemungkinan gangguan tidur yang bisa terjadi:

Sleep movement disorders, gangguan tidur berupa gerakan saat atau sebelum tidur yang membuat seseorang sulit tidur, sulit mempertahankan tidur, atau tidur tidak nyenyak.

Beberapa gangguan pergerakan tidur yang umum adalah sindrom kaki gelisah, gangguan gerakan tungkai berkala, dan bruxism (mengatupkan atau mengertakkan gigi saat tidur).

Ada pula sleep apnea, gangguan tidur serius yang menyebabkan pernapasan berhenti secara berkala saat tidur, sehingga membuat kita terengah-engah saat tidur, merasa lelah setelah tidur malam yang nyenyak, kesulitan tidur, bangun dengan mulut kering, sakit kepala saat bangun.

Terakhir, insomnia, kesulitan tidur atau bangun terlalu cepat dan enggak bisa kembali tidur.

Insomnia jangka pendek sangat umum terjadi dan sering disebabkan oleh stres, peristiwa traumatis, atau tidur di lingkungan yang tak dikenal, seperti di kamar hotel.

Insomnia yang berlangsung sebulan atau lebih dianggap sebagai insomnia kronis.

Ini bisa menjadi kondisi itu sendiri atau gejala dari masalah yang mendasarinya.

Seiring dengan terbangunnya rasa lelah, insomnia juga dapat menyebabkan kesulitan berkonsentrasi, sifat lekas marah, depresi, dan kecemasan karena tidak cukup tidur.

Baca Juga: Ganti Kasur Lama Secepatnya Kalau Tak Mau Kena 5 Risiko Kesehatan Ini!

(Irawan Sapto Adhi/Kompas.com)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "5 Penyebab Bangun Tidur Malah Badan Terasa Lelah dan Cara Mengatasinya"

(*)