CewekBanget.ID - Istilah quiet quitting kini sedang ramai jadi bahan perbincangan di media sosial.
Istilah quiet quitting adalah tren baru yang sedang dilakukan oleh netizen untuk meninggalkan hustle culture.
Makanya, tren quiet quitting ini dibuat untuk meninggalkan kebiasaan hustle culture yang bisa merusak mental dan kesehatan pekerja.
Tren hustle culture beberapa waktu lalu sangat merugikan karena kita terpaksa bekerja enggak sesuai dengan jam kerja yang susah ditetapkan.
Nah, tren quiet quitting ini hadir untuk menyadarkan kita supaya beralih ke budaya kerja yang sesuai pada jod desk dan jam kerja yang sudah disepakati di awal.
Enggak heran tren quiet quitting ini akan sangat berpengaruh baik untuk kita khususnya para pekerja.
Membicarakan tren quiet quitting, sebenarnya apa sih arti dari istilah itu?
Bagaimana sih cara kita untuk tetap bisa bekerja sesuai dengan aturan yang sudah ditetapkan di awal kontrak?
Nah, CewekBanget akan membahas tuntas mengenai quiet quitting yang kini sedang tren.
Makin penasarankan dengan makna sesungguhnya dari quiet quitting?
Yuk simak di bawah sini!
Baca Juga: Kalau Sehari Jadi 29 Jam, Cantika Abigail Akan Pakai Buat Kerja!
Budaya quiet quitting
Sebenarnya, budaya tren quiet quitting ini cukup simpel untuk dikerjakan.
Kita hanya perlu untuk bekerja sesuai dengan job desk dan jam kerja yang sudah ditentukan.
Dalam budaya quiet quitting, kita juga harus bisa mulai menolak untuk bekerja melampaui tugas yang di luar tanggung jawab.
Dengan begitu, kita akan lebih punya banyak waktu untuk fisik, mental, dan pikiran dan mengerjakan pekerjaan dengan sempurna.
Kita enggak perlu mengerjakan pekerjaan ekstra yang hanya akan merepotkan dan membuat kita mengeluh dikemudian hari.
Selain itu, budaya quiet quitting juga harus memperhatikan kehidupan kita di luar pekerjaan kantor.
Setelah selesai bekerja, kita bisa bersenang-senang dengan keluarga, pacar, maupun sahabat tanpa perlu repot memikirkan dan atau masih mengerjakan pekerjaan.
Dengan kata lain, budaya quiet quitting sebenarnya menganut work-life balance yang sebenarnya.
Tentu saja, sebenarnya budaya quiet quitting ini punya kekurangan dan kelebihan yang bisa kita pertimbangkan!
Baca Juga: Diduga Kerja di Restoran, Sosok Ini Ungkap Nasib Miris Kim Garam
Kekurangan dan kelebihan
Kekurangan dan kelebihan dari quiet quitting sebenarnya enggak akan memiliki pengaruh yang signifikan untuk kehidupan kita.
Kelebihan utama dari quiet quitting adalah kita bisa lebih banyak waktu untuk diri sendiri.
Hal ini berarti kesehatan mental kita jadi lebih terjaga karena enggak melulu tertekan dengan pekerjaan yang menghantui.
Dengan kata lain, kita juga bisa menghabiskan waktu untuk keluarga, teman, sahabat, dan pacar.
Namun, kekurangan dari budaya quiet quitting berarti kita enggak mendalami pekerjaan dengan maksimal.
Kita hanya akan datang, bekerja sesuai dengan job desk yang ditentukan, lalu pulang.
Menandakan bahwa kita enggak akan memiliki kesempatan untuk mencoba pekerjaan lain dan berkembang.
Melansir NY Times, Menurut seorang career coach di New York City, Matt Spielman mengamukakan bahwa budaya ini berkaitan erat dengan burnout di pekerjaan.
Akibat dari burnout ini adalah orang jadi pengin mundur dari perkejaannya dan menyerah dengan pekerjannya.
Makanya, quiet quitting memberikan kesan sangat dalam bagi para karyawan yang selama ini sudah bekerja keras.
Baca Juga: Manfaat Public Speaking di Dunia Kerja Bagi #GirlsIn5piration (Part 2)
(*)