Masih dari rilis yang sama, dr. Saut menjelaskan ada yang namanya elastografi hati, pemeriksaan yang bisa mengukur kekuatan hati.
Alat dari pemeriksaan ini membuat dokter bisa menilai apakah sudah ada komplikasi dari penyakit hari kronis yang diderita pasien.
“Jadi, alat ini bisa digunakan pada kasus-kasus seperti infeksi virus hepatitis B dan C, sirosis, penyakit hati alkoholik, penyakit hati non-alkoholik, dan penyakit hati yang terkait gangguan metabolik.
Pemeriksaan ini juga berguna dalam memantau perkembangan penyakit hati akibat obat-obatan atau autoimun,” jelas dr. Saut.
Sudah dijelaskan sebelumnya kalau kita harus memahami soal perlemakan hati ini karena ternyata dr. Saut juga menyebut kasus penyakit ini di Indonesia meningkat!
“Kasus perlemakan hati akibat gangguan metabolik di Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan dalam dekade akhir.
Faktor-faktor seperti perubahan gaya hidup, pola makan yang tidak sehat, tingginya insidensi obesitas dan diabetes telah berkontribusi terhadap peningkatan kasus perlemakan hati di Indonesia.
Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia menderita atau berisiko terserang penyakit hati akibat gangguan metabolik,” ucap dr. Saut.
Bedasarkan laman aladokter.com, perlemakan hati umumnya enggak menimbulkan hejala dan gejala jelas baru muncul ketika ada peradangan.
Gejalanya itu berupa rasa nyeri atau begah di bagian kanan atas perut, mual, hilang nafsu makan, berat badan berkurang dan tubuh terasa lemah.
Baca Juga: Waduh! 5 Penyakit Ini Mengintai Kalau Kita Keseringan Ciuman
(*)