Being Me

By Astri Soeparyono, Kamis, 4 Desember 2014 | 17:00 WIB
Being Me (Astri Soeparyono)

Lolita memainkan ujung pensilnya. Kelas sepi, hanya beberapa gelintir orang berada di situ, asyik dengan diri mereka sendiri. Sebenarnya Lolita butuh teh panas untuk sedikit meringankan tubuhnya yang meriang, tapi dia juga tahu kantin pasti telah dikuasai anak-anak kedua geng itu. Kantin timur yang lebih mewah adalah daerah kekuasaan Geng Borju sementara kantin barat yang lebih sederhana adalah jajahan Geng Modis. Sebenarnya perbedaan utamanya adalah soal boleh tidaknya ngebon. Hutang adalah tabu di kantin timur sementara di kantin barat hutang bukan sesuatu yang memalukan. Lolita memaksakan dirinya untuk pergi ke kantin barat sebab di sana dia takkan bertemu dengan Endita. Tubuhnya mulai berkeringat dingin. Dia berpikir akan membawa teh itu ke belakang perpustakaan. Di sana ada pohon mangga rindang tempat Lolita biasa 'ngadem' dengan Endita dulu. Lolita kembali tertusuk jika mengingatnya.

                  Lolita menundukkan kepala dan bergegas menuju tempat Yu Par yang sedang menata sayur soto di mangkok-mangkok. Seperti dugaannya, kantin begitu ramai penuh celoteh bahasa planet luar galaksi dan gemuruh tawa yang nyaring. Cepat-cepat Lolita memesan, "Teh panas," katanya pendek.

"Bentar ya, airnya belum mateng," sahut Yu Par sambil menunjuk ke arah kompor. Lolita manggut-manggut. Kakinya bergerak tak tenang, obrolan seru dan komentar garang soal status di Facebook membuat Lolita tak nyaman. Ingin rasanya membatalkan pesanannya.

                  "Kita harus balas!" seru Neli, cewek centil yang keranjingan Kim Hyun Joong, bintang film Korea. Saking tergila-gilanya dia selalu memaksa pacarnya yang berkulit gelap berpakaian persis bintang pujaannya..

                  "Minggu besok kita bikin gebrakan," reaksi yang lain.

                  "Kita bikin anak-anak borju itu tutup mulut."

Lolita makin tak nyaman saat mereka mulai menggebrak meja saking geramnya. Untunglah segelas teh panas segera disodorkan di depannya. Lolita membayar dan memberi isyarat untuk membawa gelas teh itu keluar.

Dia bergegas menuju ke belakang perpustakaan. Namun saat akan membelok, Lolita menghentikan langkahnya. Dia melihat dua orang sedang bertengkar hebat. Sebenarnya dia bisa saja segera pergi dari tempat itu jika kedua orang itu bukan Endita dan Alex.

                  "Lalu kenapa jika aku gabung dengan mereka?"

                  "Mereka banyak cowoknya," seru Alex.

                  "Picik kamu! Aku enggak serendah yang kamu pikir."

                  "Bukan begitu maksudku."