Chemistry

By Astri Soeparyono, Sabtu, 9 Agustus 2014 | 16:00 WIB
Chemistry (Astri Soeparyono)

            Anna manggut-manggut mendengar penjelasanku.

            "Gue ikut dong, boleh nggak?" pintanya.

            "No! Yang ada gue nggak belajar, malah main sama lo," tolakku tegas.

            "Naaayyy, ayolaaaah. Masak lo tega sih sama gue," pintanya lagi. Kali ini ditambah raut wajah memelas dan puppy eyes. Aku menggeleng lagi sambil menyumbat kedua telingaku dengan earphone, tak peduli Anna terus menggoyang-goyangkan lenganku sambil memelas.

            Sebulan berlalu. Aku sudah akrab dengan Mbak Gita. Ia sudah seperti kakak perempuan yang tidak pernah aku punyai. Sering jam les bertambah dengan sesi curhat dadakan. Termasuk juga ketika aku menceritakan tentang Pak Gatot dan kebencianku padanya.

Nilai kimiaku mulai meningkat. Pak Gatot pun terlihat lebih bersahabat padaku. Lalu Anna? Pada akhirnya aku memang mengizinkan dia untuk les bersamaku.

            Tapi dasar Anna. Ia hanya datang 3 kali, itupun kalau kupaksa. Sisanya, ada saja alasannya untuk tidak ikut les. Aku hanya bisa menggelengkan kepala pada kelakuan sahabatku itu.

            Sudah lewat 30 menit. Mbak Gita belum menampakkan batang hidungnya. Tidak biasanya Mbak Gita terlambat seperti ini. Biasanya, ia selalu tepat waktu. Aku baru saja akan meneleponnya ketika tiba-tiba Mbak Gita muncul di hadapanku.

            "Nay, maaf ya Mbak telat. Ayo langsung mulai yuk."

            Tapi rupanya tidak hanya sekali itu saja Mbak Gita terlambat. Sudah empat kali pertemuan, ia selalu terlambat. Waktu terlambatnya bervariasi. Antara 15, 20, 30, atau 45 menit. Bahkan hari ini, Mbak Gita tidak datang. Tanpa alasan.

            Yang mengherankan, keterlambatan dan absennya Mbak Gita bersamaan dengan keterlambatan dan absennya Pak Gatot. Ada apa dengan kedua guru kimiaku itu?