Dialah Graha

By Astri Soeparyono, Sabtu, 10 Mei 2014 | 16:00 WIB
Dialah Graha (Astri Soeparyono)

            Aku menatapnya. Angin kecil meniup rambutnya yang sedikit gondrong, dan alisnya masih setia mengernyit.

            Lihat saja, setelah ini aku pasti bisa mengubah raut bosan itu.

            "Aku menyukaimu," ucapku. Finally.

            Alisnya yang terbiasa tertekuk, perlahan naik ke atas dan dengan mata yang terbuka lebih dari biasanya, dia balas menatapku. Mulutnya yang cemberut kini terbuka sedikit.

            Nah, kan. Apa kataku.

***

            Jutek. Murung. Berwajah kriminal. Rambut melebihi batas telinga. Alih-alih celana abu-abu, dia malah pakai celana jeans belel ke sekolah. Bukannya bikin dia kelihatan keren, malah bikin dia nyaris seperti gembel.

            Awalnya, seperti anak-anak lain, aku takut padanya.

            Siapa, sih, yang mau dekat-dekat anak antisosial seperti Graha? Yang kutakutkan, sih, hanya nanti aku dikira sejenis sama dia.

            Ya Tuhan, tapi dia malah duduk di sebelahku waktu tahun ajaran baru dimulai.

            Dan sialnya, dari dekat dia semakin seram.

            Waktu itu adalah saat jam istirahat, aku baru saja ke kantin dengan teman-teman baruku. Tapi karena jaim, aku cuma makan separo dari porsi normalku (yang berarti porsi 'kelewatan' buat cewek normal). Lalu aku menyelinap kembali ke kelas selagi teman-temanku masih di kantin setelah sebelumnya aku sempat beli donat di koperasi siswa.