Gundulisme

By Astri Soeparyono, Sabtu, 15 Maret 2014 | 16:00 WIB
Gundulisme (Astri Soeparyono)

"Sya...lu...kepala lu...itu...kenapa...kepala...itu...gundul...?" Sharen mendadak gagap. Suasana berubah menjadi gegap gempita. Semua orang berkomentar.

"Ha-ha-ha.... Si Sya kayak tuyul, tuh!!"

"Eh...jangan-jangan Sya sekarang sudah jadi Bikuni. Iya...plontos gitu."

"Apa Sya kena kanker, ya. Trus kemoterapi. Jadinya gundul gitu. Ah! Tapi enggak mungkin secepat itu. Kemarin rambutnya masih ada, kok. Kayak model iklan shampo malah."

"Aneh banget kepalanya. Kayak telur Dinosaurus."

"Eh...kayak Alien aja, tuh, si Sya."

Suasana semakin heboh dan tak terkendali. Tapi Sya tetap memasang wajah cueknya.

"Sudah! Sudah sana masuk kelas!!" suara keras Pak Tris disambut teriakan huuu panjang dari anak-anak. Pak Tris pun melangkahkan kaki ke kelas. Tapi disempatkannya satu kali lagi untuk mengamati kepala gundul Sya.

"Hmm...licin sekali...." gumamnya dalam hati.

                                                                        * * *

Beragam reaksi, bermacam opini. Kebanyakan mengusung kubu negatif. Kontra gundulisme. Tapi Sya tidak peduli. Kegundulan ini pilihannya. Kegundulan ini akan membuktikan. Akan menjawab pertanyaan Sya selama ini.

Sebelum ini, Sya adalah cewek nomor satu di sekolah. Dia tajir, trendi, cantik, pintar dan tentu saja terkenal. Dan kini Sya rela menanggalkan semuanya demi satu misi terselubung. Parfum-parfum Parisnya telah ia tukar dengan baby colone, sepatu high heels ia pensiunkan dan digantikan oleh sebuah sepatu kanvas butut yang ia beli di pasar loak, rok mininya ia gusur dan ia ganti dengan jeans-jeans belel. Sya telah membalik dirinya 180 derajat. Mahkota cewek populer di sekolah dengan senang hati dia lepas. Sya juga kehilangan para fansnya. Cowok-cowok yang mengantri untuk jadi pacarnya, teman-teman macam Shiren semua bubar karena kepalanya yang gundul.