Penyu

By Astri Soeparyono, Sabtu, 30 November 2013 | 16:00 WIB
Penyu (Astri Soeparyono)

            Di dalam rumah, Shayu masih ingin bertanya banyak tentang penyu dan hal lainnya pada Ambu karena tidak ada lagi yang bisa ditanyai selain Ambu yang ganjil itu. Anak-anak nelayan teman Shayu terlalu tidak mengerti. Di saat-saat seperti ini, Shayu sering menyesal mengapa tidak bersekolah. Ia mereasa haus ilmu, ingin berguru, dan mempunyai buku. Sumber ilmu satu-satunya bagi Shayu adalah Ambu. Namun Ambu tidak setiap saat bisa dimintai penjelasan. Sama seperti para anak nelayan, Ambu hanya tahu sedikit hal. Paling banyak tahu dari yang sedikit itu adalah tentang penyu yang telurnya dirampas manusia. Mungkin karena kejadian itu terlalu sering dilihat Ambu. Pernah Ambu protes bahkan memaki manusia jahat pencuri telur penyu, namun manusia-manusia itu tidak meladeni sumpah serapah Ambu. Mendengarnya saja mereka tidak mau.

            Ambu tidak pernah mau menyapa dan bersikap ramah pada orang-orang (yang sangat sedikit itu) yang datang ke pantai. Shayu selalu diperingatkan, jangan sekali pun mencoba apalagi sampai berbicara dengan orang asing pengunjung pantai. Ambu takut kalau-kalau Shayu hilang seperti kakak. Ambu selalu berkata bahwa orang-orang asing itu lebih menakutkan dibanding lelembut jenis apa pun. Kalau Shayu sampai hilang, Ambu pasti kesepian. Ayah Shayu merupakan pekerja keras, terlalu giat bekerja sehingga jarang pulang. Shayu mengira ayahnya adalah nelayan, seperti ayah teman-temannya. Namun entah, sama seperti Ambu, pekerjaan ayah Shayu misterius.

            Hal lain yang membuat Ambu akan semakin kesepian kalau Shayu sampai hilang, tidak ada teman atau saudara lagi dari mana saja yang mau mengunjungi Ambu. Mungkin karena rumah mereka terlalu jauh, di pinggir pantai yang sepi dan terpencil. Mungkin juga Ambu tidak mempunyai siapa-siapa lagi di pantai.

*

            "Mereka, para penyu, hidup sangat lama, Shayu," kata Ambu pagi itu. Tiga ekor penyu melintas di depan mereka.

            Ambu sedang tidak bekerja karena sebentar lagi Shayu akan mempunyai adik.

            "Berapa lama para penyu hidup, Bu?" tanya Shayu.

            "Mencapai ratusan tahun!" jawab Ambu.

            "Mencapai ratusan tahun?" Shayu mengulangi kata-kata Ambu karena masih tidak percaya.

            "Ya. Namun banyak yang masih dalam telur sudah mati. Diambil manusia," kata Ambu.

            "Bukankah para penyu pandai menyamarkan letak lubang telurnya, Bu? Bukankah bekas galian untuk memendam telur sama sekali tidak dapat dikenali? Mengapa manusia-manusia itu masih saja bisa menemukan telur penyu?"

            "Karena manusia-manusia itu pintar dan tidak punya perasaan. Mereka mempersetankan apa pun yang disebut cinta. Mereka tidak tahu betapa penyu betina menyayangi anaknya. Mereka juga tidak tahu bahwa bagi seekor penyu, bertelur adalah hal yang melelahkan. Namun kelelahan itu tidak berbuah bahagia. Tidak ada hasilnya."