Pertanda

By Astri Soeparyono, Sabtu, 23 Maret 2013 | 16:00 WIB
Pertanda (Astri Soeparyono)

"Jengkol??? Wah, enak tuh. Pit langsung makan aja, ya, Mak. Mandi dan sholatnya nanti aja, waktunya juga masih ada," seruku girang dan bersiap-siap melesat ke luar kamar.

"E...e...e..., mandi dulu. Dah itu shalat, baru makan. Sama Bapak nanti makannya," ujar Mamak mencegahku.

"Lagian Mamak udah menyiapkan takaran jengkol yang akan kamu makan," susul Mamak. Aku melongo lalu dengan muka masam aku menuju sumur untuk mandi. Mamak hanya tertawa.

"Ini pasti bang Ricky yang nyuruh," gerutuku.

"Ya baguslah, itu tandanya Ricky sayang sama kamu. Nggak mau kamu sakit gara-gara jengkol," jawab Mamak sambil tertawa. Dan aku semakin kesal dibuatnya.

***

"Jadi, Pak, acaranya habis Maghrib?" Mamak sedang berbicara kepada Bapak ketika aku masih asyik dengan laptopku.

"Acara apa, Mak?" sahutku yang tak jauh dari mereka duduk.

"Acara 'pengobatan.' Nanti siang Busu Atan dan Pak Tua Sudin akan bantu bikin peralatan. Ncik Sisal, Mak Itam dan Datuk Pera akan bantu Mamak bikin bahan-bahannya," jawab Mamak.

"Ohh...." Aku hanya bisa mengucapkan 'o' saja.

"Oh ya, nanti kamu tolong bantu carikan bunga ya, di rumah Cik Sier. Ingat tujuh warna," kali ini Bapak yang berbicara, dan langsung aku iyakan.

Warga kampungku masih tergolong tekun melaksanakan acara adat dan ritual. Begitu pun dengan orangtuaku, terutama Bapak. Menurut Bapak, beliau masih keturunan dari datok  penunggu desaku, yakni sebangsa makhluk tak kasat mata. Silsilah keluarga Bapak yang sangat panjang itu tak mampu aku jelaskan. Bapak memiliki ilmu dan kekuatan supranatural yang membuatnya mampu menyembuhkan penyakit yang diyakini di sebabkan makhluk halus. Setahun sekali masyarakat di kampungku rutin melaksanakan ritual pengobatan, sekaligus untuk memberikan panganan kepada penunggu-penunggu sekitar desaku, agar mereka tidak mengganggu warga desa. Sebenarnya aku tidak percaya dengan hal yang berbau mistis, aku hanya percaya akan Tuhan Allah yang selalu melindungi makhlukNya. Awalnya aku bertentangan dengan Bapak tentang segala ilmu dan kekuatan yang dia miliki. Namun lama kelamaan aku mengalah.