Si Gadis Terbang

By Astri Soeparyono, Sabtu, 5 Januari 2013 | 16:00 WIB
Si Gadis Terbang (Astri Soeparyono)

            Aku segera pamitan dan beranjak dari rumah itu.

            Sesampainya di pasar yang padat, aku tidak bisa menemukan Annabelle. Cukup lama aku mencari-cari hingga ingin kembali lagi ke rumah Annabelle karena merasa telah ditipu, hingga akhirnya aku menemukan Annabelle. Tapi ia tidak sendiri, melainkan dikelilingi oleh 3 anak nakal yang pernah memalaknya tempo hari. Aku segera ke sana dengan setengah berlari.

            Anak-anak nakal itu lagi-lagi memalak Annabelle. Mereka sampai merebut tas belanja Annabelle dan melemparkan lobak-lobak yang ada di dalamnya. Aku tidak tinggal diam dan mendatangi mereka.

            Aku hendak menolong Annabelle, namun salah satu dari mereka menghalangiku sambil berkata dengan keras, "Menjauhlah, Hutchkins! Kau tidak ada urusan di sini!"

            "Ya, pergilah!" seru yang satu lagi sambil mendorongku dengan keras hingga aku jatuh terjerembab.

            Orang-orang di pasar sempat melihat kami, namun tidak ada yang benar-benar peduli. Mungkin mereka pikir ini hanya kenakalan anak-anak biasa dan belum terlalu gawat. Annabelle melihat itu semua dengan pandangan marah. Tiba-tiba ia berteriak, "Cukup!" dan terjadilah semuanya.

            Ada sinar yang begitu terang memancar dari dada Annabelle. Semua orang di sekitar situ mundur dengan mata menyipit. Tubuh Annabelle terangkat sedikit demi sedikit ke langit. Sinar terang memancar dari seluruh tubuhnya, sementara langit malah merubah menjadi lebih gelap. Lalu sepasang sayap indah yang keperakan tumbuh di punggungnya. Sebuah puisi karangan Annabelle yang pernah kubaca, berubah menjadi kenyataan.

 Hei lihat!

Gadis itu terbang!

Gadis yang termangu bersama ilalang

Gadis yang terpaku pada awan yang berserakan

Kini sayap-sayap indah tumbuh

Dan bulu-bulu ilalang terbang mengikutinya

 

Ketiga anak jahat itu menengadah kepada Annabelle dan mematung. Mereka benar-benar membeku, seakan jiwa-jiwa mereka telah terhisap ke dalam sinar-sinar dari tubuh Annabelle. Mereka terlihat kesakitan, namun juga kosong, sangat mengerikan. Semua orang di sekitar taman juga membeku. Semuanya menengadah dengan mata terbelalak, sebagian dengan mulut menganga. Mereka semua terlalu terkejut untuk berteriak. Barang-barang yang mereka pegang terjatuh ke tanah. Semua orang terpaku pada seorang gadis yang terbang, dengan sepasang sayap seperti sayap kupu-kupu, namun jauh lebih besar dan indah.

Annabelle turun perlahan-lahan dengan sinar-sinar indah dari tubuhnya yang berkilau-kilau. Semua orang, dengan masih tekejut, mundur, membiarkan aku sendiri berdiri di depan. Cahayanya sangat menyilaukan. Perlahan-lahan cahayanya meredup dan sosok Annabelle terlihat dengan jelas di hadapanku.

"Joshua, aku tak punya banyak waktu. Aku akan pergi ke tempat mereka. Mereka telah memberitahukannya," ia menunjuk ke arah langit. "Kau tidak akan melupakanku, kan?"

Hening sejenak. Entah mengapa, aku tidak ingin bertanya apa pun, walaupun jelas sangat tidak jelas apa yang sebenarnya terjadi. Aku merasa sangat sedih. Namun aku seakan telah mengerti semuanya, tanpa benar-benar mengetahuinya. Aku menyentuh sayap Annabelle yang lembut, lalu membelai rambutnya, sambil menjawab, "Aku tak akan melupakanmu, Ann. Bagaimana denganmu?"

"Aku tak mungkin bisa melupakanmu. Aku sangat menyayangimu," Annabelle memelukku. Pelukan pertama dan terakhir kami.

Setelah itu Annabelle terbang dengan cahaya-cahaya yang memancar dari seluruh tubuhnya. Aku tidak melepaskan pandanganku darinya, hingga ia menjadi titik kecil di langit, lalu menghilang di balik awan. Setelah itu, langit kembali cerah dan semua orang sadar. Orang-orang itu ribut, seseorang berteriak kami harus melihat rumah keluarga Downey. Semua orang berbondong-bondong ke sana. Pemandangan yang sangat mengejutkan di rumah besar itu; rumahnya telah rata dengan tanah, yang tersisa hanya puing-puing dan abu.

Seorang ibu berteriak lagi mengajak kami mengecek toko Downeys' Diamond. Ketika semua orang sampai di sana, lagi-lagi pemandangan mengejutkan; debu-debu berkilauan terbang memenuhi toko dan semua permata hilang tak berbekas.

***

(Oleh: Nadia Anisah Rizar, foto: weheartit.com)