"Hari ini aku libur. Mau jemput Tante di stasiun Gambir."
"Mau aku anter? Aku bisa, kok. Biar nanti aku izin enggak perlu ikut rapat OSIS."
"Enggak usah, Ar. Aku pergi sama Ibu, kok. Aku ke kelas lagi, ya. Pak Satya lagi bahas Matriks. Kan aku suka banget!"
Arian tersenyum pada Nara.
"I love u Nara..."
"I love u more..."
Nara berlari kecil meninggalkan koridor. Aku masih terdiam. Aku sudah kebal dengan adegan seperti itu. Tapi tetap saja, hati kecil ini rasanya sakit. Tahu, kan, rasanya semacam apa? Luka kena silet disiram air garam? Mungkin kalau untuk urusan cinta, silet dan air garam tak cukup mewakili.
Arian kembali melempar pandang padaku. Aku masih terpatung.
"Woooiiii... Ngiri, yaah? Makanya pacaran!!! Ha-ha-ha-ha-ha!" Ia tergelak lagi.
Aku cuma memandangnya penuh kegetiran. Aku memang iri, Ar. Iri sekali melihat kalian bersama. Iri pada Nara.