Kisah Sebutir Biji Kopi

By Astri Soeparyono, Sabtu, 20 Oktober 2012 | 16:00 WIB
Kisah Sebutir Biji Kopi (Astri Soeparyono)

            "Nasibkku akan berakhir dengan indah!"

            "Akhirnya aku bisa merasakan menjadi biji kopi yang sesungguhnya"

            "Aku sudah tidak sabar ingin berenang dalam balutan krim dan susu..."

            Sang biji kopi mendengar pernyataan-pernyataan polos dari sahabat-sahabatnya dengan gusar. "Apa yang kalian lakukan? Dia bukan orang yang pantas untuk menikmati kalian. Dia telah menyakiti petani kita. Seseorang yang telah merawat kita dengan sedemikian baik. Dia tidak akan suka jika biji-biji kopi hasil terbaiknya dinikmati oleh pria tak berperasaan seperti dia!"

            "Maafkan kami, sahabat. Tapi, kita memang hanya biji kopi. Kami ingin merasakan kehormatan tertinggi untuk menjadi secangkir kopi yang lezat di akhir perjalanan hidup kami"

            Sang biji kopi kecewa dengan jawaban klise itu. "Kalian tidak akan memperoleh kehormatan tertinggi, sahabatku. Aku tidak akan membiarkan hidupku menjadi pecundang dan mengkhianti sang petani1 bagiku itu adalah setingi-tingginya kehormatan!"

            Sang biji kopi menggelindingkan tubuhnya setelah sang juru masak membuka tutup wadahnya. Sang produsen tersentak kaget melihat pemandangan itu. biji kopi teristimewa yang pernah dia saksikan melarikan diri ke luar pintu kamarnya.

            "Tangkap biji kopi itu! apapun yang terjadi, tangkap dia! Aku harus menikmatinya!!!" perintah sang produsen dengan suara bagai gemuruh kilat di langit mendung.

            Sang biji kopi mengumpulkan sisa-sisa energi terakhirnya. Dia menuruni tangga dengan cepat untuk menjauhi jari-jari sang juru masak yang ingin menangkapnya. Dia menghimpun semua keberaniannya, memantul ke luar rumah, mendarat dengan menyakitkan di sebuah jalan beraspal, ban mobil besar melindasnya dan....

            KRAAAKKK...

            Sang biji kopi pecah menjadi serpihan. Akhir hidup yang tragis bagi sebuah biji kopi istimewa. Namun, ini lebih damai baginya. Dia telah berhasil menjadi biji kopi sejati dengan kehormatan tertinggi di pundaknya.

            Kisah-kisah yang terekan di memori masa lalunya telah menjadi bukti. Dia adalah duta biji kopi dan pahlawan fair trade sejati....

***

Oleh : Faris Noviyanti