Cinta Dari Nada

By Astri Soeparyono, Rabu, 6 Juni 2012 | 16:00 WIB
Cinta Dari Nada (Astri Soeparyono)

"Duh, sudahlah Na! Cowok narsis gitu diladenin!" gerutu Tika mulai angkat bicara. Ia juga beranjak dari kursi dan cepat-cepat meraih lengan Nada. Kemudian mengajak Nada keluar dari dalam kelas. "Di kantin masih ada enggak ya onde-onde kesukaan kita?"

***

Pertengkaran kecil sering mewarnai hari Nada dan Tio. Seakan masih menunjukkan ego masing-masing yang sebegitu besarnya. Tidak ada satupun dari mereka yang mau mengalah. Tio selalu menyanyikan lagu andalannya keras-keras di samping Nada sambil berpura-pura menyadari kehadirannya.

Nada pun tak mau kalah, dilantunkan lagu kesayangannya ketika berpapasan dengan Tio. Lama-lama Tio jadi terbiasa dengan lagu kesukaan Nada, dan sebaliknya Nada pun jadi hafal dengan lagu kebangsaan Tio. Sampai suatu saat tanpa sengaja Tio menyanyikan lagu kesukaan Nada dengan suara pelan.

 

Tahukah kamu...semalam tadi...aku menangis...

Nada tersentak, ia langsung menatap tajam penghuni meja sebelahnya itu.

"Wuihh! Rocker nyanyiin lagu mellow..bikin kupingku ngilu saja!" Nada member ejekan Tio seminggu yang lalu Tio mengerutkan alis. Karena merasa Nada menatapnya, Tio pun menatap Nada dengan heran. Tio langsung sadar kalau ia baru saja melantunkan lagu kesukaan Nada. Tio langsung membuang muka dan kembali menyanyikan lagu kesukaannya.

Nada diam untuk waktu yang tidak lama. Tiba-tiba tanpa sengaja Nada melantunkan lagu favorit musuh bebuyutannya itu sambil melamun ketika memeriksa PR matematikanya. Merasakan hampamu..begitu menyakitkan...hanya menatapmu dari jauh.. Nada langsung menyadarinya. Ia menolehkan pandangannya ke bangku Tio dengan perlahan.

Jangan-jangan Tio mendengarnya!

Nada mencuri pandang ke arah Tio yang terlihat sibuk menyalin PR matematika dari temannya. Tidak biasanya Tio tersenyum sambil bersiul-siul kecil sewaktu berurusan dengan PR. Apalagi matematika. Pekerjaan menyalin saja sudah membuat Tio gerah dan memaki-maki sendiri.

Nada mengerti bahwa Tio berpura-pura mengacuhkannya. Tiba-tiba dada Nada berdebar-debar. Ia tidak mengerti perasaan hangat apa yang menyusup ke dalam dadanya itu. Perasaan yang membuat Nada tersenyum geli melihat tingkah Tio. Bayangan Tio sebagai preman SMA pun sirna. Kini, Tio terlihat seperti cowok biasa dengan kelebihan melucu yang tak biasa.